Rabu, 14 Maret 2012

Resensi Movie: Kehormatan Dibalik Kerudung

Tadi malam, saya barusan melihat film Indonesia yang berjudul “Kehormatan Dibalik Kerudung”. Kesan pertama melihat film ini, saya membayangkan film ini seperti film-film islami seperti “Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2”, “Kun Fayakun”, “Emak Ingin Naik Haji” atau “Dalam Mihrab Cinta”.

Film ini, dibintangi oleh bintang top Indonesia seperti Donita yang berperan sebagai Syahdu, Andhika Pratama yang berperan sebagai Ifand Abdul Salam dan Ussy Sulistiowati yang berperan sebagai Sofia. Menit-menit awal, saya begitu menikmati film ini. Namun, lama kelamaan, ada kejanggalan demi kejanggalan yang saya rasakan. Meski tidak dapat dipungkiri, dari segi setting dan pengambilan gambarnya saya acungi jempol.

Saya kecewa menonton film ini. Kecewanya bagaimana? Kecewanya karena, Nampak luarnya saja yang seolah-olah islami; cara berpakaian, mengenakan jilbab dan masyarakatnya yang bisa dibilang ‘agamis’ ala Jawa, karena setting film ini mengambil di daerah Pekalongan. Namun, sejauh yang saya lihat dan amati, isi film ini jauh dari norma-norma atau kaidah-kaidah Islam itu sendiri.

Beberapa kejanggalan yang saya rasakan diantaranya:
1. Adegan ---> Kakek Syahdu melarang Syahdu untuk tidak berhubungan dengan Ifand.
Atas dasar apa Si Kakek tersebut melarang cucunya untuk berhubungan dengan Ifand? Wong, Si Ifand-nya masih berstatus lajang. Kalau Si Ifand-nya sudah menikah, pantas Si kakek melarangya. Dan, Si Kakek bersikeras dan tidak mau menerima pendapat dari cucunya. Seorang kakek yang islami, tidak seperti itu seharusnya bersikap.

2. Adegan ---> Suami pertama Syahdu di malam pernikahan.
Tidak seharusnya seorang suami yang baru menikah, menampar dan berlaku kasar kepada istrinya. Dan tidak mau menerima alasan istrinya. Hanya maen tangan dan maen kekerasan saja. Suami seperti itu, tidak saya jumpai dan seharusnya tidak sekasar itu. Dalam artian, Si Produser mendramatisir masalah yang sebetulnya tidak menjadi masalah.

3. Adegan ---> Ifand menemui Syahdu setelah ia menikah dengan Sofia
Sebagai seorang yang “alim” dalam film tersebut, kok berani-beraninya Ifand menemui seorang yang bukan mahramnya dan meninggalkan istrinya begitu saja dengan alasan ingin menemui Syahdu. Dan Si Ifand, bahkan menginap di rumahnya Syahdu.

4. Adegan ---> Syahdu merayu Ifand agar mau menikahinya, meski ia sudah beristri
Tidak selayaknya seorang muslimah berlaku seperti itu. Apalagi, alasannya adalah karena ia dan Ifand masih saling mencinta. Dan pada akhirnya, Si Ifand memadu Syahdu. Tidak semudah itu dalam mengambil keputusan dalam hal memadu wanita lain.

5. Adegan ---> Ketika Syahdu & Sofia (Istri Pertama Ifand) seatap
Yang ditampakkan dalam adegan ini adalah kecemburuan demi kecemburuan. Sehingga mendeskripsikan bahwa orang yang berpoligami itu, semuanya begitu dan akan mengalami nasib yang tragis dengan salah satu harus ada yang jadi korban atau dikorbankan.

Sala melihat film ini sampai selesai. Namun, hikmah yang dapat saya ambil sangat kecil, bahkan tidak ada yang dapat saya ambil himahnya dalam film ini. Saya pribadi berpendapat bahwa film ini terlalu dipaksa-paksakan agar menjadi film Islami yang sekelas dengan “KCB 1 & 2” atau “Dalam Mihrab Cinta”.

Meski luarnya kelihatan islami, namun alur dan isi cerita dalam film ini TIDAK MENCERMINKAN film yang islami. Demikian resensi film saya kali ini. Mohon maaf bila ada yang suka film ini. Terimakasih…

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008