Rabu, 06 Juni 2012

Cara Menghindari Cacingan

Tulisan ini terinspirasi karena saya sudah lama tidak minum obat cacing. Sekitar 2 tahunan saya tidak minum obat cacing.  Dulu, sewaktu saya masih SMU, guru Biologi saya, menganjurkan agar setiap setahun sekali orang dewasa harus minum obat cacing. Kalau untuk anak-anak, dari umur 2 tahun s/d 15 tahun, tiap 6 bulan sekali.


Saya masih ingat, ketika selesai pelajaran dan pulang sekolah, saya langsung bergegas ke Apotek untuk beli obat cacing. Obat cacing itu langsung saya minum. Entah, saya lupa merk obat cacingnya.  Yang pasti, obat cacing tersebut terdiri dari 2 pil berukuran lumayan besar.Esok harinya, ketika BAB, saya tidak sengaja melihat semacam sesuatu yang panjang sebesar tali kabel keluar melalui feses saya. Kemudian, hal tersebut saya tanyakan ke Guru saya bahwa itu adalah cacing yang ada di usus saya dan mati disebabkan oleh obat pembunuh cacing itu.

Teman, saya ingin berbagi informasi kepada anda tentang hal ini. Inilah informasi penting tentang cacingan yang saya dapatkan dari browsing di internet. Semoga bermanfaat bagi anda dan keluarga anda di rumah agar senantiasa menjaga kesehatan dan rutin untuk minum obat cacing. Kalau zaman saya dulu, obat cacing masih belum bisa menguraikan cacing yang mati sehingga cacing keluar bersama dengan feses. Kalau sekarang, obat cacing misalnya COMB**TRIN sudah bisa menguraikan cacing menjadi feses, sehingga ketika feses keluar, cacing sudah melebur bersama feses.

Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang.

Cacing yang biasa “menyerbu” tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi. “Di daerah dimana sanitasi lingkungan masih buruk, seperti Indonesia, hampir 90 persen anak-anaknya pasti terkena cacingan,” kata dr Adi Tagor. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. “Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar.”

Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal. “Setelah menembus kulit, ia masuk ke pembuluh darah vena (balik), lalu menuju paru-paru. Nah, di paru-paru inilah muncul Sindroma Loffler. Anak jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma. Ini termasuk ke dalam siklus perjalanan cacing.”

Setelah itu, cacing menggigit dinding usus bertelur dengan cepat di usus. “Di usus inilah makanan dipecah menjadi nutrient (zat gizi elementer yang sudah bisa diserap oleh usus). Ini yang “dibajak” oleh cacing. Jadi, cacing itu memang berdomisili di usus, karena ia tidak bisa mencernakan sendiri makanan. Ia harus makan yang sudah setengah cerna.” Selain siklus normal, cacing juga bisa menyebar ke tempat-tempat lain, seperti hati atau bagian tubuh lain.

Nutrisi Dibajak
Dampak cacingan ternyata tidak sepele. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss. Dampak yang paling banyak adalah anemia atau kadar haemoglobin (Hb) rendah. Hb sangat vital bagi manusia, lanjut dr Adi.

“Fungsinya seperti alat angkut, seperti truk, yang membawa oksigen dan makanan dari usus ke seluruh organ tubuh,” jelas Adi yang mengibaratkan fungsi kerja Hb yang seperti Bulog yang mengantar beras. “Kalau truk-nya sedikit, ya kiriman berasnya akan telat. Begitu pun pada orang yang anemia. Suplai oksigen dan nutrient ke otak sedikit, ke ginjal sedikit.”

Padahal, seorang anak yang sedang tumbuh membutuhkan banyak nutrient. “Nutrisi itu dibagi dua, yaitu makro nutrient (karbohidrat, lemak, protein, air) dan mikro nutrient (vitamin dan mineral). Nah, ini yang dibajak. Jadi, yang gemuk cacingnya, bukan anaknya,” tandas Adi. “Di dalam tubuh, cacing-cacing ini akan beranak lagi, lagi, dan lagi. Kadang-kadang, kalau menggumpal, bentuknya seperti bola. Bisa juga terjadi “erratic”, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”

Anemia membuat anak gampang sakit karena tidak punya daya tahan. “Gimana mau sehat kalau zat-zat untuk membuat daya tahan, terutama protein, sudah dibajak di usus oleh cacing,” lanjutnya. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun.

Berakibat Fatal
Cacingan juga bisa berakibat fatal. “Bisa ke empedu, meski jarang, atau bikin usus bolong. Fatalnya memang tidak secara langsung, tapi karena fisiknya lemah, daya tahan turun, maka penyakit lain pun masuk. Nah, penyakit lain inilah yang bikin fatal.”

Gejala cacingan biasanya ditandai dengan sakit perut, diare berulang, dan kembung. “Seringkali juga ada kolik yang tidak jelas dan berulang,” jelas Adi. Kalau sudah parah, “Muka anak akan tampak pucat dan badan kurus. Ini berarti sudah terjadi pemiskinan secara fisik,” lanjut dokter spesialis anak yang juga pemegang diploma kesehatan publik dari Singapura ini.

Kapan orangtua membawa anak ke dokter? Di daerah tropis dan sub-tropis, apalagi di daerah yang sanitasinya buruk, hampir semua anak pasti cacingan. Di daerah miskin, angka cacingan pada anak bahkan dipastikan bisa 100 persen. “Jadi, nggak perlu diperiksa, pasti cacingan. Oleh karena itu, setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.

Dewasa Juga Cacingan
Menurut Adi Tagor, orang dewasa pun bisa cacingan. “Obat cacingnya untuk orang dewasa juga ada, tapi diberikan setahun sekali.” Yang membedakan cacingan pada anak dan pada dewasa adalah, anak-anak masih tumbuh dan berkembang, sementara orang dewasa sudah tidak lagi tumbuh dan berkembang. “Orang dewasa juga masih bisa survive, bisa melawan sendiri cacing yang ada.”

Yang harus dicermati adalah, kira-kira 60-80 persen penyakit yang terjadi pada usia dewasa dimulai di usia pertumbuhan. Misalnya, anemia kronis akibat cacingan. Ini akan membuat jumlah sel otak berkurang karena kekurangan nutrisi selama masa tumbuh kembang.

Akibatnya, ketika dewasa, kualitas fisik dan IQ orang tersebut tentu akan berkurang juga. Contoh lain, ketika kecil terkena penyakit infeksi yang tidak ketahuan. “Setelah dewasa sakit ginjal, dan sebagainya.”

Inilah usus yang dibedah, yang sudah akut kena cacingan!! Semoga anda tidak jijik melihatnya. Tapi, inilah realitas kalau dalam tubuh manusia itu ada parasit yang sangat mematikan seperti ini.


Baca Selengkapnya..

Rabu, 14 Maret 2012

Resensi Movie: Kehormatan Dibalik Kerudung

Tadi malam, saya barusan melihat film Indonesia yang berjudul “Kehormatan Dibalik Kerudung”. Kesan pertama melihat film ini, saya membayangkan film ini seperti film-film islami seperti “Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2”, “Kun Fayakun”, “Emak Ingin Naik Haji” atau “Dalam Mihrab Cinta”.

Film ini, dibintangi oleh bintang top Indonesia seperti Donita yang berperan sebagai Syahdu, Andhika Pratama yang berperan sebagai Ifand Abdul Salam dan Ussy Sulistiowati yang berperan sebagai Sofia. Menit-menit awal, saya begitu menikmati film ini. Namun, lama kelamaan, ada kejanggalan demi kejanggalan yang saya rasakan. Meski tidak dapat dipungkiri, dari segi setting dan pengambilan gambarnya saya acungi jempol.

Saya kecewa menonton film ini. Kecewanya bagaimana? Kecewanya karena, Nampak luarnya saja yang seolah-olah islami; cara berpakaian, mengenakan jilbab dan masyarakatnya yang bisa dibilang ‘agamis’ ala Jawa, karena setting film ini mengambil di daerah Pekalongan. Namun, sejauh yang saya lihat dan amati, isi film ini jauh dari norma-norma atau kaidah-kaidah Islam itu sendiri.

Beberapa kejanggalan yang saya rasakan diantaranya:
1. Adegan ---> Kakek Syahdu melarang Syahdu untuk tidak berhubungan dengan Ifand.
Atas dasar apa Si Kakek tersebut melarang cucunya untuk berhubungan dengan Ifand? Wong, Si Ifand-nya masih berstatus lajang. Kalau Si Ifand-nya sudah menikah, pantas Si kakek melarangya. Dan, Si Kakek bersikeras dan tidak mau menerima pendapat dari cucunya. Seorang kakek yang islami, tidak seperti itu seharusnya bersikap.

2. Adegan ---> Suami pertama Syahdu di malam pernikahan.
Tidak seharusnya seorang suami yang baru menikah, menampar dan berlaku kasar kepada istrinya. Dan tidak mau menerima alasan istrinya. Hanya maen tangan dan maen kekerasan saja. Suami seperti itu, tidak saya jumpai dan seharusnya tidak sekasar itu. Dalam artian, Si Produser mendramatisir masalah yang sebetulnya tidak menjadi masalah.

3. Adegan ---> Ifand menemui Syahdu setelah ia menikah dengan Sofia
Sebagai seorang yang “alim” dalam film tersebut, kok berani-beraninya Ifand menemui seorang yang bukan mahramnya dan meninggalkan istrinya begitu saja dengan alasan ingin menemui Syahdu. Dan Si Ifand, bahkan menginap di rumahnya Syahdu.

4. Adegan ---> Syahdu merayu Ifand agar mau menikahinya, meski ia sudah beristri
Tidak selayaknya seorang muslimah berlaku seperti itu. Apalagi, alasannya adalah karena ia dan Ifand masih saling mencinta. Dan pada akhirnya, Si Ifand memadu Syahdu. Tidak semudah itu dalam mengambil keputusan dalam hal memadu wanita lain.

5. Adegan ---> Ketika Syahdu & Sofia (Istri Pertama Ifand) seatap
Yang ditampakkan dalam adegan ini adalah kecemburuan demi kecemburuan. Sehingga mendeskripsikan bahwa orang yang berpoligami itu, semuanya begitu dan akan mengalami nasib yang tragis dengan salah satu harus ada yang jadi korban atau dikorbankan.

Sala melihat film ini sampai selesai. Namun, hikmah yang dapat saya ambil sangat kecil, bahkan tidak ada yang dapat saya ambil himahnya dalam film ini. Saya pribadi berpendapat bahwa film ini terlalu dipaksa-paksakan agar menjadi film Islami yang sekelas dengan “KCB 1 & 2” atau “Dalam Mihrab Cinta”.

Meski luarnya kelihatan islami, namun alur dan isi cerita dalam film ini TIDAK MENCERMINKAN film yang islami. Demikian resensi film saya kali ini. Mohon maaf bila ada yang suka film ini. Terimakasih…

Baca Selengkapnya..

Perlunya Berhijrah

Siapapun anda, anda perlu berhijrah! Pindahlah ke tempat lain yang sekiranya di tempat asal, gagasan anda ditolak mentah-mentah. Namun, di tempat lain justru gagasan anda diterima dan menjadi pedoman. So, jangan takut berhijrah!

Dikisahkan bahwa Nabi SAW ketika sampai di Yatsrib (nama kota madinah sebelum nabi menetap disana), disambut luar biasa oleh penduduk Yatsrib. Mereka menyambut layaknya saudara sendiri, padahal banyak yang belum mengenal secara langsung. Hanya dari cerita-cerita omongan saja.

Muhammad Husein Haekal menuliskan dalam bukunya “Sejarah Hidup Muhammad” kisah berikut ini:

“Berbondong-bondong penduduk Yatsrib keluar rumah hendak menyambut kedatangan Muhammad. Pria, wanita, orang tua, muda, anak-anak semuanya keluar rumah untuk menyambutnya. Mereka ingin melihat wajah Muhammad, mereka ingin tahu orang yang hendak dibunuh oleh pembesar suku Quraisy, tentang ketabahannya menempuh panas yang begitu membakar dalam perjalanan yang sangat meletihkan, mengarungi bukit pasir dan batu karang ditengah-tengah dataran Tihama, yang justru memantulkan sinar matahari yang panas dan membakar itu.

Mereka keluar karena terdorong ingin mengetahui ajakannya yang sudah tersiar di seluruh penjuru jazirah arab. Ajakan ini juga yang mengikis kepercayaan-kepercayaan lama yang diwarisi dari nenek-moyangnya, yang sudah dianggap begitu suci hingga 360 buah sesembahan di Ka’bah.

Akan tetapi, yang lebih berkesan dengan Si Muhammad ini adalah tentang seseorang yang telah fonumental membuat Iqrar Aqabah 2, menentang keras konsep ketuhanan yang telah mendarah-daging nenek moyangnya, menghapus perbedaan manusia disebabkan ras dan warna kulit bahwa manusia itu nilainya sama dihadapan Tuhan kecuali ketakwaannya, orang yang telah berpisah dengan keluarganya dan memikul segala tekanan permusuhan dan tindakan kekerasan dari orang-orang Quraisy selama 13 tahun terus-menerus disertai dengan pemboikotan makanan dan social kemasyarakatan, ini semua demi keyakinan Tauhid kepada Allah, Tauhid yang dasarnya adalah merenungkan alam semesta ini serta mengungkapkan hakikat yang ada dengan jalan Islam”.

Nabi Muhammad berhijrah ketika dakwah beliau ditentang oleh orang-orang Qurasiy. Bukan berarti Nabi bersifat lemah dan mudah menyerah. TIDAK. Nabi berhijrah ke Yatsrib atas petunjuk Allah Azza wa Jalla ke tempat yang lebih strategis dan mendukung dakwah beliau. Dan, Allah Maha Tahu Segalanya. Alhasil, Nabi sukses berdakwah di Yatsrib dan menjadikan Yatsrib menjadi kota yang tercerahkan. Sejak saat itulah, Yatsri diganti dengan nama Madinah Al-Munawwaroh; Kota yang Tercerahkan oleh cahaya Iman & Islam.

Anda sekarang dalam keadaan jumud, stagnan dan tidak produktif? Berhijrahlah!!...

Baca Selengkapnya..

Resensi Movie : Kabhi Alvida Naa Kehna

Film ini baru tonton ketika selesai mengajar di kampus jam 20.30an tadi malam. Saya dapatkan dari teman dan mengatakannya kepada saya; Film ini bagus, ustadz. Konflik bathinnya luar biasa dalam dan tokoh-tokohnya kuat dalam segi karakternya. Apalagi, film ini dibintangi oleh bintang Top Bollywood; Shah Rukh Khan, Preity Zinta, Rani Mukherje dkk. Tanpa ba, bi, bu saya langsung bergegas pulang setelah dinner dengan membeli Nasgor bungkus di dekat rumah.

Film ini penuh emosional tanpa adegan kekerasan, tanpa adegan kampus dan tanpa karakter yang konyol, karena Karan Johar sangat hati-hati dalam penggarapan film ini. Sutradara muda satu ini sekali lagi membuat sensasi mengenai hubungan persahabatan yang berujung cinta. Dev Saran (Shah Rukh Khan) mantan pemain sepak bola yang pensiun setelah mendapat kecelakaan tertabrak mobil, sehingga mengakibatkan salah satu kakinya pincang. Istrinya Rhea (Preity Zinta) yang mementingkan karir dan karir, dan mereka mempunyai satu anak laki-laki. Kesuksesan Rhea selalu diselingi dengan keegoisan Dev, sehingga menyebabkan ketidak harmonisan dalam hubungan berumah tangga.

Maya Talwar (Rani Mukherjee) dengan karakter yang sangat sensitive dan melankolis, dia mencoba ingin keluar dari problematika berumah-tangganya karena belum diberi momongan 4 tahun pernikahannya. Padahal, sang suami Rishi (Abhishek Bachchan) sebagai Konsultan PR begitu mencintai istrinya apa adanya. Maya tidak begitu menyukai watak suaminya yang kekanak-kanakan, dengan adanya sesuatu yang kurang ini itulah sehingga menyebabkan hubungan suami-istri mereka berdua menjadi penuh emosional dan tidak harmonis lagi.

Maya dan Dev sebelumnya pernah bertemu. Dev tanpa sengaja bertemu dengan Maya disaat Maya sesaat menjelang pernikahannya. Dan mereka, merasakan ada getar-getar dalam hatinya satu sama lainnya ketika perjumpaan mereka waktu itu. Kini, mereka bertemu lagi dengan seabreg permasalahan rumah tangganya masing-masing. Berawal dari “acara” curhat-curhatan inilah, mereka secara “diam-diam” menjalin cinta terlarang itu.

Cerita ini di garap sepenuhnya oleh Karan Johar dan di tulis oleh Shibani Bathija yang ahli dalam hal drama emosional. Cinematography oleh Anil Mehta yang pengambilan gambarnya dilakukan sepenuhnya di New York City karena cocok dengan tema cerita. Art Direction oleh Sharmistha Roy, seperti dalam mimpi di setiap pengambilan adegan yang di sesuaikan dengan mood dari setiap adegannya.

Make up spesial untuk Rani dan Preity sehingga begitu tampak menawan dan anggun dalam tiap adegan dan di balut busana yang elegan oleh Manish Malhotra dengan dengan mode-mode layaknya wanita metrosexsual bagi kaum adam, dengan warna-warna gelap seperti hitam dan merah. Dan tidak kalah hebohnya musik di garap Tiga bersaudara Shankar-Ehsan-Loy dengan lagu yang indah diantaranya lagu yang melow bisa membuat hati luluh “Tumhi Dekho Na” dengan irama yang lembut bisa membuat hati tanang.

Penampilan Shahrukh Khan sungguh hebat dengan watak keras dan pemarah sehingga membuat para istri sangat sensitif dengan sifat itu. Rani Mukherjee sangat pas dengan karakter Maya yang sakit hati seperti di film-film Rani sebelumnya. Preity Zinta sebagai wanita yang cerdas dalam berkarir juga sanagat pas dengan karakter Rhea yang sibuk berkarir. Abhisek Bachchan sangat pas sebagai tokoh suami yang kekanak-kanakan dan glamour. Serta Arjun Rampal yang sesekali nongol sebagai bintang tamu dalam film ini.

Karan johar sangat pintar dalam memilih cerita, sehingga bisa membuat emosi para penonton meledak-ledak. Cerita yang berdasarkan cinta dan kebencian yang penuh emosiaonal. “Kabhi Alvida Na Kehna” bukan film yang mudah di tebak seperti kebanyakan film-film-india lainya, ini film india modern yang menyuguhkan cerita-cerita berat, menceritakan konflik seputar kompromi dalam pernikahan. Dalam ikatan pernikah apakah akan membawa kebahagiaan dan cinta.

Sejauh yang saya tangkap dari film ini adalah;
1. Niat awal menikah adalah niat yang harus benar-benar kuat. Kalau tidak yakin dengan calon pasangannya, maka dipastikan kehidupan rumah-tangganya akan mengalami keretakan.
2. Ikatan pernikahan hendaknya kuat dan saling menguatkan satu sama lainnya antara suami & istri.
3. Jangan memberi “ruang” kepada orang lain (lawan jenis) untuk bercurhat ria. Karena, biasanya orang yang curhat dan yang dicurhati akan intens melakukan hubungan pertemuan sehingga rawan sekali memunculkan “hubungan/jalinan” baru diantara keduanya.
4. Awal perselingkuhan badan adalah dimulai dari perselingkuhan hati.
5. Senantiasa mengharap bantuan & pertolongan-Nya disetiap doa-doa keseharian, agar Allah menjaga jalinan cinta suci ini hingga kelak dipertemukan di syurga-Nya.
6. Perselingkuhan akan menimbulkan penderitaan yang tiada akhir meski film ini happy ending bagi semua tokohnya. Namun, itulah denda yang harus dibayar bagi suami-istri yang tidak harmonis dalam rumah tangganya.

Teman, ketika kita memutuskan untuk menikah, seharusnya kita telah bersepakat untuk mempertemukan tidak hanya seorang laki-laki dan perempuan, tapi juga dua pemikiran, dua sudut pandang, dua karakteristik, dua kebiasaan, tak lupa juga bahwa kita telah menikahkan dua keluarga besar dan dua kebudayaan. Ibarat sebuah pepatah: “Lain Ladang, Lain Belalang”. Perbedaan itu pasti akan ada. Maka siap menikah berarti kita siap untuk menerima perbedaan. Perbedaan itu adalah suatu sunnatullah, lalu kenapa kita harus takut untuk menerima perbedaan dalam bahtera rumah tangga?

Sekali lagi, menikah adalah kesiapan untuk menerima perbedaan, kemauan untuk berubah, keinginan untuk mengenal lebih jauh, kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi mengedepankan kepentingan dan kebutuhan bersama. Bahkan, ketika pernikahan itu sudah terlaksana pun, proses pembelajaran itu harus tetap kita lakukan.
Perjuangan untuk menikah itu bukanlah suatu perjuangan yang mudah, oleh karenanya, bagi anda yang telah menikah, jagalah keharmonisan keluarga anda, jangan biarkan biduk keluarga anda oleng dan karam di tengah lautan, karena hidup di dunia ini hanya sesaat, kelak di akherat sana kita dimintai pertanggung-jawaban atas kewajiban dan tanggung-jawab yang kita emban.

Bagi para suami; berlombalah melatih diri untuk menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, menjadi ayah yang memberikan keteladanan pada anak-anaknya. Tidak otoriter sebagai seorang pemimpin. Ajaklah isteri anda untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga. Bagi para isteri; bersemangatlah untuk memicu diri agar bisa menjadi bidadari dunia dan akherat bagi suamimu, indah dipandang mata, sejuk di kalbu dan bermesra dirasa, yang pasti selalu dekat dengan Allah. Menjadi isteri dan ibu yang memberi rasa damai pada anggota keluarga. Bagi anda yang belum menikah, bersabar dan berusahalah untuk meraih kasih sayang Allah, karena orang yang mendapat kasih sayang Allah-lah yang akan beroleh kebaikan dunia dan akhirat.

Semoga kita semua beroleh Syurga yang dijanjikan Allah, dan diizinkan untuk hadir dalam pertemuan yang sangat agung yakni pertemuan di saat melihat wajah Allah, sebagai imbalan bagi hambanya yang sabar dalam meniti hidup ini.
Amin…

Baca Selengkapnya..

Brand Extension

Ada peribahasa yang saya sukai; “Jangan kita melepaskan burung yang sudah ada di tangan untuk menangkap lebih banyak burung di angkasa”. Peribahasa diatas maksudnya adalah burung yang sudah di tangan harus diamankan terlebih dahulu, baru mencari lagi burung-burung yang masih berterbangan.

Teman, menjaga apa yang sudah kita punya akan jauh lebih mudah dan murah dibandingkan dengan mencari hal-hal baru yang belum kita dapatkan. Karena itu, jika kita ingin mengembangkan diri dengan lebih baik, hal utama yang harus dilakukan adalah mulai dari apa yang sudah kita punya.

Sekecil apapun penghasilan dari apa yang sudah ada sekarang, penghasilan itu sudah pasti kita dapatkan secara rutin setiap bulan dan tidak perlu mencarinya dengan penuh kesulitan. Kepastian penghasilan itu menjadi dasar dari apa yang disebut sebagai “safety level” atau “zona aman”, level yang aman untuk sekedar hidup. Jika masih merasa kurang, kita mulai dengan mengembangkan diri dari apa yang sudah ada sehingga tidak terlalu jauh dan saling mendukung dengan apa yang sudah kita kerjakan.

Jadi, prinsipnya bukan tinggalkan apa yang sudah ada untuk menggapai apa yang belum pasti, tetapi pertahankan yang sudah ada, kemudian dari situ kembangkan sesuatu yang bisa dikembangkan jauh lebih besar. Dalam bahasa pemasaran, itu disebut sebagai “Brand Extension”, yaitu melebarkan merek dari produk yang sudah atau layanan yang kita miliki untuk dibuat merek-merek baru yang sejalan dengan merek induknya.

Begitu juga dengan pengembangan diri kita. Jika kita ingin mempunyai kesempatan untuk pengembangan diri lebih besar, jangan sampai kita melupakan apa yang sudah kita punya. Kembangkan dulu kemampuan awal kita secara baik. Setelah itu kembangkan di berbagai sisi yang menyertainya.

Pada akhirnya, apa yang kita punya sekarang -mulai dari pekerjaan, keterampilan, dan juga harta benda-, betapapun kita merasa kurang dengan apa yang ada itu, harus kita syukuri dan pertahankan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai karena kita berharap untuk mendapatkan yang lebih baik, apa yang ada kita tinggalkan, atau bermalas-malasan mengembangkannya.

Jangan meninggalkan yang sudah pasti untuk mendapatkan apa yang belum pasti, kecuali kita amat yakin dan sudah menetapkan tekad untuk mengejar apa yang belum pasti itu, karena dengan tekad yang kuat dan konsistensi, yang tidak pasti itu pun bisa kita pastikan pencapaiaannya.

Baca Selengkapnya..
Template by - Abdul Munir - 2008