Rabu, 10 Agustus 2011

Sahabat Lamaku; Mas Afif & Aan Yuhaniz

Berawal dari postingan tulisan sahabat saya Osya Oshin di FB ini yang berjudul; Cerita Sehari. Saya jadi tahu kalau sahabat saya Aan Yuhaniz sedang mengalami ujian dan cobaan berat berupa sakit lumpuh. Seketika itu juga saya langsung SMS ke teman saya yang lain yaitu Gus Hasyim untuk menanyakan kebenaran ini.

Beberapa saat kemudian, teman saya Gus Hasyim memberikan kabar bahwa memang benar Aan Yuhaniz teman sewaktu di JQH dulu sejak beberapa tahun ini sudah berbaring di tempat tidurnya karena mengalami kelumpuhan.

Akhirnya, saya putuskan untuk mengajak Gus Hasyim untuk membesuknya diwaktu senggang. Dan alhamdulillah, kami kemarin siang ba’da jum’atan janjian dengan Gus Hasyim untuk bertemu di depan kampus UIN Malang. Setelah menunggu agak lama di kantor, akhirnya Gus Hasyim mengabari kalau dia dan istrinya sudah berada di depan kampus.

Sejenak flashback memutar memori, saya mengenal Aan Yuhaniz karena dulu saya dan Aan ini pernah aktif di JQH (Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffazh) UIN Malang, yaitu sebuah wadah bagi kami para mahasiswa/i yang berkeinginan untuk memulai Tahfidz Al-Qur’an atau ingin menjaga hafalan Al-Qur’an-nya ketika studi di kampus. Karena, ada beberapa mahasiswa UIN yang ketika awal masuk sudah mempunyai hafalan beberapa juz, bahkan sudah ada yang khatam 30 Juz seperti Gus Hasyim dan Mas Afif ini. Kebanyakan, para Hamilul Qur’an (penghafal Al-Qur’an ini) agaknya menurut saya; orang-orangnya sedikit berbicara, tidak neko-neko, baik akhlaknya, selalu membawa Al-Qur’an Utsmani di saku bajunya, dan biasanya tidak mengikuti organisasi kemahasiswaan dikarenakan mempunyai tanggungan yaitu muraja’ah hafalan Al-Qur’an setiap hari.

Tak terasa, perjalanan bersepeda motor selama 40 menit mengingat-ingat masa kenangan dulu ketika di JQH, perjalanan dari kampus ke rumahnya Mas Afif seperti 10 menit. Ketika kami masuk disebuah rumah, disambut oleh sosok laki-laki yang saya sangat mengenalnya yaitu Mas Afif, teman senior muraja’ah saya dulu ketika di Masjid Kampus ba’da isya’.

Saya jadi geleng-geleng kepala dan tersenyum ketika Osya menceritakan bahwa nama suaminya Teh Aan itu Mas Afif. Saya tidak menyangka kalau Mas Afif yang dimaksudkan Osya adalah Mas Afif teman saya sewaktu hafalan Al-Qur’an di JQH dulu. Lho, bagaimana kok tidak tahu? Iya. Karena sewaktu nikahannya mereka berdua, saya tidak tahu dan tidak pernah dengar lagi tentang sahabat-sahabat saya ini. Karena, Mas Afif & Aan ini cuman melaksanakan pesta pernikahan ala kadarnya.

Kemudian, saya, Gus Hasyim & istrinya dipersilahkan masuk dan duduk lesehan di ruang tamunya. Segera, istrinya Gus Hasyim meminta izin kepada Mas Afif untuk menemui Aan Yuhaniz di kamar tidurnya. Mas Afif bercerita bahwa penyakit istrinya ini sudah mulai terasa ketika 2 bulan menjelang pernikahannya. Saat itu, Aan Yuhaniz sudah merasakan tidak fit kondisi fisiknya dan sering mengeluh di bagian kaki terasa nyeri. Namun, kata Mas Afif, itu dianggap penyakit biasa oleh istrinya. Tidak mau diperiksakan ke dokter, cukup melalui alternative saja. Dan penyakit istrinya ini tak kunjung sembuh, malah semakin menjadi ketika usia pernikahan mereka baru berumur 3-4 bulanan. Istrinya lumpuh bagian bawah hingga kaki. Kakinya tidak bisa digerakkan lagi.

Subhanallah… Saya terharu dan berkaca-kaca ketika Mas Afif menceritakan kejadian awal dari penyakit istri tercintanya ini. Kemudian saya bertanya lebih lanjut;

“Bagaimana diagnosa dokter, Mas? Aan terkena penyakit apa?

“Kata dokter, Aan terkena penyakit di bagian tulang punggungnya; bisa tumor atau infeksi, rik. Dokter juga menjelaskan, kemungkina juga ini TBC tulang. Ah.. Aku tak tahu istilah kedokterannya…”, jawab Mas Afif.

“Alhamdulillah, setahun ini istriku kondisi psikisnya semakin membaik dan cara berpikirnya pun juga tidak pendek”.

“Dulu, ketika awal-awal terkena musibah ini, hampir tiap hari ia meratapi dan sering menangis karena sudah menjadi bebanku”, Mas Afif menggenapi jawabannya.

Saya dan Gus Hasyim hanya tertunduk lesu mendengar cerita dan penjelasan sahabat saya ini. Dalam hati saya; “Ya Allah… Ternyata, masih ada hamba-Mu, masih ada suami yang begitu setia merawat dan melayani istrinya hingga seperti ini. Sudah 3 tahunan lebih Mas Afif merawat istri tercintanya”. Kupandangi wajah Mas Afif… Lama… Namun, tidak kujumpai rasa penyesalan dan kesedihan karena menanggung semua derita ini. Betul kata Osya, Mas Afif ini tetep tersenyum dan tegar walau dalam cobaan apapun menimpanya.

Namun, tak terasa perbincangan kami harus diakhiri karena waktu yang semakin senja. Akhirnya, Saya dan Gus Hasyim dipersilahkan untuk berpamitan ke Aan langsung. Seketika itu juga kutemui wajah yang lama sudah tidak pernah saya jumpai yaitu Aan Yuhaniz. Dan dari awal saya mengenal, sama sekali tidak ada perubahan dalam dirinya dan wajahnya. Wajah dan tubuh yang mungil. Khas, para wanita pengahafal Al-Qur’an.

“Gimana kabarnya, Mas Erryk, Gus Hasyim?”, sapa Aan dengan senyum yang cerah.

“Alhamdulillah… Baik dan sehat..”, jawabku.

“Istri kok tidak ikut, mas?”, tanya Aan.

“Hehe, belum bisa ikut, Aan. Soale, anak & istriku ada di Pasuruan sekarang. Insya Allah, lain waktu akan saya ajak kesini…”, jawabku.

“Saya sudah diberitahu Osya kalau sampeyan mau kesini, Mas..”, terang Aan.

“Iya. Saya tahunya sampeyan sakit, ya dari tulisannya Osya di facebook…”, jawabku.

Gus Hasyim menjawil pundakku untuk segera berpamitan. Saya berkata kepada Aan; “Aan, saya tahu sampeyan suka baca buku dan novel. Insya Allah, bulan depan bila Kumcer saya dkk telah terbit, maka akan saya hadiahkan pertama kali buat Aan. Mau, ya?”.

“Wah, terimakasih banyak mas… Saya tunggu dengan senang hati…”, jawab Aan.

“Assalamu’alaimu…”, kami mengucapkan salam.

“Wa alaikum salam wa rohmatulloh…”



------------------------------------------
NB: Teman, sempatkanlah waktu untuk membesuk sanak saudara dan handai taulan anda, bila ada yang sakit dan terkena musibah apapun. Berilah motivasi dan berilah keyakinan bahwa kita masih sayang, masih perhatian kepada mereka. Insya allah, dengan kehadiran kita ditengah-tengah mereka, mereka akan semakin kuat menjalani cobaan hidup ini. Amin…

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008