Kamis, 05 Mei 2011

Menjadilah Engkau Seperti Khadijah

By. Anisatul Illiyin

Bagi para wanita, menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu adalah berarti menjalankan sebuah peran besar dengan segala tuntutannya. Seketika ia menikah, maka saat itu pula segala kesenangan serta kesusahan ditanggung bersama. Masa-masa indah di awal pernikahan, mungkin belum mendatangkan berbagai cobaan yang sebenarnya akan menguatkan ikatan cinta serta pula keimanan pada sepasang suami istri. Namun ada pula mereka yang sejak awal harus melewati sekian rintangan demi mengukuhkan tekad menggenapkan setengah din.

Tak sedikit kita mendapati cerita-cerita seputar lika-liku rumah tangga, yang kadang membuat hati miris dan bahkan bisa jadi menyebabkan ‘ketakutan’ bagi mereka yang belum menikah. Takut akan mengalami kesulitan yang dialami oleh si fulanah, khawatir tak akan sanggup menghadapi cobaan seperti yang dihadapi fulanah yang lain. Dan akhirnya berhari-hari mengukur diri, kapankah saat yang tepat menyatakan diri siap untuk menikah. Kemudian, mereka-reka kesanggupan bila harus mengalami peristiwa ini-itu yang dialami oleh mereka yang telah bercerita banyak.

Sesungguhnya, bagi setiap perjalanan hidup berumah-tangga, pastilah terdapat berbagai hal yang sebenarnya akan menguji setiap jenak kesadaran kita untuk memperjuangkan ikatan suci ini. Baik itu berupa kesenangan dan kemudahan yang Allah berikan, maupun ujian kesulitan yang mendera, hingga itu akan menguji kemampuan diri dalam hal keberanian untuk bertahan serta menghadapi segala tantangan yang ada. Bukan bersikap menghindar, atau menyerah begitu saja. Tentu saja, Allah Yang Maha Pemurah tak akan memberikan ujian di luar dari kesanggupan hamba-Nya. Bukankah itu satu hal yang harus selalu kita ingat? Sehingga tak ada kata menyerah atau menyalahkan siapapun serta mengeluh berkepanjangan saat ujian itu tiba pada diri kita.

Kadang, seorang istri harus menghadapi kenyataan sulitnya mengatasi masalah keuangan keluarga. Seorang suami yang tidak bekerja; oleh sebab di-PHK atau belum mendapat pekerjaan, sedangkan kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Apalagi kebutuhan itu akan terus bertambah dengan hadirnya si buah hati, ataupun kewajiban menafkahi orang tua dan saudara kandung yang masih harus ditanggung.

Ada pula yang mengeluhkan dirinya yang selalu berkonflik dengan anggota keluarga sendiri maupun dari pihak suami. Kasur yang empuk, rumah yang mewah, serta harta berlimpah mungkin akan terasa tak memuaskan bila harus menghadapi perilaku tak menyenangkan yang diterima dari sanak saudara, dengan sebab apapun.

Belum lagi masalah anak-anak yang sakit, kesulitan belajar, kecelakaan kecil yang terjadi, pengalaman tak menyenangkan di sekolah, biaya berobat, naiknya uang SPP, les tambahan, dan banyak lagi hal yang akan menambah sesak beban pikiran seorang ibu.

Bagaimanapun, senyum manis serta kasih sayang itu haruslah selalu tercurahkan, bagi mereka yang tercinta-suami dan anak-anak. Disadari atau tidak, seorang istri dan ibu adalah sebuah sumber kekuatan cinta yang akan menambah energi bagi mereka setiap hari. Sikap santun dan sebuah kecupan setiap pagi akan menyemangati si suami yang akan memulai hari. Peluk erat, belaian lembut serta ciuman sayang akan menebarkan rindu bagi anak-anak hingga mereka tak sabar ingin bertemu kembali dengan bunda tercinta sepulang sekolah. Bagaimanapun, perilaku yang disuguhkan dalam bentuk apapun, adalah sebuah ‘saham’ yang sedang ditanamkan kepada diri anggota keluarga kita. Yang akan mereka bawa dalam benak mereka sepanjang hari, dan mungkin akan diingat sepanjang waktu.

Saham yang baik, akan berbuah kesegaran serta semangat bagi mereka untuk terus berjuang dalam menjalankan peran-peran mereka di luar rumah. Berprestasi dan berbuat sebaik mungkin di sekolah dan di tempat kerja. Mengerjakannya dengan sepenuh jiwa sambil berdoa untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sebab ada seseorang di rumah yang menunggu dengan senyum termanis yang akan menyambut pulang dengan dekapan hangat dan kedua pasang telinga yang siap mendengarkan setiap curahan hati.

Sebaliknya, seorang istri dan ibu dengan berbagai permasalahannya, bisa jadi akan melemparkan sikap tertentu kepada anggota keluarga. Melampiaskan rasa marah pada anak, mengungkit-ungkit masalah keluarga pada suami, berdiam diri sepanjang hari sambil memendam kekesalan, atau mencari penyegaran di luar rumah hingga lupa waktu pulang, bahkan sampai membengkalaikan kewajibannya di rumah.

Memang tidaklah bisa memaksakan diri menjadi ‘super woman’ dan menjalani segala sesuatunya dengan sempurna. Namun tak bisa dielakkan, bahwa setiap sikap yang kita pilih untuk dilakukan, tak hanya akan memberikan pengaruh terhadap diri sendiri, melainkan juga terhadap mereka yang kita cintai. Ingatlah, bahwa ‘saham’ yang kita tanam hari ini, bisa jadi akan menghasilkan buahnya bertahun-tahun mendatang, kala kita telah lupa akan apa yang telah kita perbuat. Saat anak-anak telah beranjak dewasa, saat masing-masing suami dan istri telah bertambah usia, saat segala yang dirasakan kini akan berubah menjadi kenyataan yang lain.

Inginkah kita memiliki keluarga yang selalu bersemangat dalam tiap aktivitasnya? Yang selalu melakukan dan mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, keluarga, serta Rabb-nya. Yang dapat bangkit kembali setelah lelah-letihnya. Yang tak menghentikan ikhtiar serta doa, dan meyakini bahwa Allah akan menetapkan sesuatu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya.

Jadilah semangat itu, sehingga ia akan tertularkan kepada orang-orang terkasih. Pilihlah sikap terbaik untuk disuguhkan pada mereka, dan kebaikan akan selalu memenuhi tiap ruang hati mereka dan pun keridhoan Allah akan selalu menyertai.

Kesulitan yang dihadapi, adalah ujian bagi daya tahan diri untuk melewatinya, serta momen penting untuk menguji tingkat keimanan yang telah diraih.

Menjadilah engkau seperti Khadijah, yang setia mendampingi sang Rasul saat kapanpun ada suka maupun duka. Ia lah yang pertama kali memberikan rengkuhan kekuatan baginya kala dibutuhkan, ia lah sokongan bagi setiap celah jihadnya. Ia lah yang pantas untuk paling dicintai, dan namanya pun terukir mengalahkan bidadari.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008