Jumat, 27 Mei 2011

Kisahku Bersama Ersis ( 3 )

NB: Cerbung (Cerita Bersambung) ini adalah kisahku bersama guru menulisku dan sahabatku di Facebook yaitu Ersis Warmansyah Abbas.


Lalu, beliau bertanya lagi kepadaku; “Erryk, sanggupkah kamu menulis sambil melihat bola, melihat film, mendengarkan musik sekaligus tanpa terganggu satu sama lainnya?”

“Tidak bisa, pak. Saya kalau menulis tidak bisa apabila diikuti dengan aktivitas lainnya seperti lihat bola, melihat film dan yang lainnya..”, jawabku.

“Haha, saya bisa melakukan itu tanpa terganggu dan bisa fokus di semuanya, rik. Mau tahu rahasianya?”, pancing Pak Ersis.

Beliau bertanya lagi kepadaku; “Eh, kamu dah berapa buku baca tentang Sirah Nabawiyah?”.

“Emmm, sekitar 4 atau 5 buku, pak”, jawabku.

“Kok sedikit, rik? Mau tahu berapa buku Sirah Nabawiyah yang saya baca?”, tanya Pak Ersis.

“Halah, paling-paling 10 sampai dengan 15 an buku”, dalam hatiku sinis. Namun, aku seakan tidak percaya ketika beliau mengangkat 3 jari tangannya sambil berucap “Tiga ratusan buku, rik”. Wow, aku tidak menyangka orang seperti Pak Ersis ini membaca buku Sirah Nabawiyah sebanyak 300 an buku.

Teman, ada pelajaran yang dapat saya petik dari Si Ersis ini. Awal cerbung ini saya gambarkan Si Ersis sebagai orang ‘awam’ terhadap agama dan ‘nyentrik’ yang menemui tamu-tamunya hanya pake celana sedengkul dan ngomongnya tidak beraturan alias ceplas-ceplos ternyata mempunyai pemahaman dan perhatian yang luar biasa terhadap agama yang dipeluknya.

Sering, dan terlalu sering kita menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Padahal, Allah SWT tidak melihat itu semua. Yang dilihat oleh Allah cukuplah hati kita sebagai parameter taqwallah kepada-Nya.

Kembali ke pertanyaan Pak Ersis sebelumnya; “Erryk, sanggupkah kamu menulis sambil melihat bola, melihat film, mendengarkan musik sekaligus tanpa terganggu satu sama lainnya?”.

Beliau menjawabnya; “Fokus!.. Saya temukan ‘fokus’ ini setelah baca Sirah Nabawiyah yang banyaknya 300 an buku itu, rik. Rasulullah Muhammad mengajarkan kita agar bisa fokus terhadap apapun. Itulah mengapa beliau selalu pergi ke Gua Hira tiap malamnya. Untuk apa? Ya untuk belajar fokus. Dan belajar fokus ini tidak mudah, lho. Perlu latihan hingga bertahun-tahun”. Lalu beliau menambahi; “Menulis sewaktu mobil, bus atau di kereta api sedang berjalan itu mah sudah kuno. Hehe, saya kemarin sewaktu di Yogya menulis sambil menumpangi becak, lho. Nah, yang terakhir ini agak sulit karena mepet istri. Haha…”

“Ah, kamu yang seharusnya lebih mengerti. Lha wong saya hanya ‘orang’ umum rik, beda dengan kamu yang mempunyai pemahaman agama dengan baik selama belajar di UIN sampai sekarang”, lanjut Pak Ersis sembari merendah.

Aha! Itu kuncinya. Fokus dalam istilah arabnya bisa disamakan dengan “Khusyu”. Seketika itu juga aku teringat dalam buku-buku sirah kalau Rasulullah SAW apabila sedang sholat, dunia seisinya terlupakan. Beda dengan kita, ketika sudah takbirotul ikram, dunia seisinya jadi ingat semua. Bahkan, barang-barang kita yang hilang pun jadi ingat semua. Wakakakakakkak, betul gak?

Dan “Khusyu” itulah yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya. Anda ingat ketika Ali Bin Abi Tholib terkena panah di punggungnya? Beliau mengerang kesakitan dan punggung beliau terus mengeluarkan darah. Beberapa kali sahabat yang lain membantu untuk mencabut anak panah tersebut tapi tidak bisa.

Lantas, apa solusinya? Ali Bin Abi Tholib seketika itu juga memberikan aba-aba kepada sahabatnya, ketika dia sudah Takbirotul Ikram (baca; melakukan sholat) boleh mencabut anak panah tersebut. Hasilnya, Ali Bin Abi Tholib tidak mengerang kesakitan dan tetap fokus/khusyu’ dalam sholatnya.

Ada cerita lagi. Anda tentu masih ingat juga kan, ketika baca biografinya Imam Syafi’i ketika tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu) ? Suatu ketika dalam majlis ilmu, gurunya Imam Syafi’i mengetes beliau; “ Wahai anak muda, apa yang kau lihat disampingmu?”. “Aku tidak melihat apa-apa disampingku, guru. Aku hanya melihat guru dan pelajaran yang guru sampaikan”. Gurunya tersenyum; “Kamu telah lulus dari majlisku. Belajarlah ke Mufti yang lain, anak muda. Kau akan menjadi ulama besar di kemudian hari!..”.

Dari cerita tentang Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi’in-nya itulah lantas Si Ersis mendapatkan satu kata kunci yaitu: FOKUS atau istilah arabnya KHUSYU’. Ya, satu kata itulah yang harus kita latih dan latih.

Teman, masih banyak ilmu baru yang saya dapatkan dari Si Tukang Kompor Menulis ini. Ikuti Cerbung berikutnya, ya…^_^

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008