Ketika kita pertama kali dilahirkan, kita seketika dimasukkan ke dalam kotak kecil. Kita dibatasi tembok di dalam ruangan kecil dan didorong melalui sebuah pintu di rumah sakit, para kerabat menyayangi kita melihat ke bawah ke dalam kotak kita dan memandangi tubuh kita yang tidak berdaya. Kemudian, kita dibungkus dg bundelan yg ketat untuk dibawa pulang dan ditempatkan di dalam kotak yang baru, yaitu sebuah kotak bayi dg terali yg mengelilingi kita untuk memberikan perlindungan.
Tanpa kita sadari, kita tumbuh menjadi besar dalam kotak-kotak, dan bahkan setelah kita keluar ke dunia luas, kita membawa “tembok” kita masing-masing. Ketika saya pertama kali jauh dari orangtua, yaitu setelah lulus SMU sekitar 11 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 2000, saya melanjutkan ke UIN Malang, disana ada asrama mahasiswa (dikenal dg ma’had/pesantren kampus), saya mempunyai 6 teman yg sekotak (baca; sekamar). Sehari, dua hari berikutnya tidak terasa ada perbedaan diantara kami, tetapi setelah seminggu lebih, kami masing-masing mendirikan tembok yang tidak kasat mata. Kami tidak sepakat mengenai seprei, poster dinding, ada yg suka merokok & ada yg tidak, membunyikan music kesukaan sampai cara tidur kami pun berbeda-beda.
Berangkat dari sinilah, saya memahami bahwa tiap orang membawa “kotak” masing-masing yang sangat unik yang dipengaruhi oleh masa kecilnya atau memang watak bawaannya demikian. Dalam satu kamar, watak kami berbeda-beda satu sama lainnya. Ada yg pendiam, ada yg suka bicara atau humor, ada yg cuek-cuek saja, ada yg tempat tidurnya acak-acakan, ada yg rapi, dan segudang perbedaan yg tidak bisa dijabarkan satu-persatu disini.
Konsep watak-watak tidak membatasi kita di dalam pagar dan menempatkan kaki kita di satu tempat saja, tetapi akan bermanfaat bagi kita untuk melihat jenis “kotak” apa yg kita tempati , dan bagaimana agar supaya “kotak” bawaan kita dapat berinteraksi dg “kotak-kotak” yg dibawa oleh teman-teman saya lainnya tanpa harus ada gesekan saling mengedepankan “kotak” masing-masing. Dengan memahami diri sendiri & setia kepada sifat-sifat kita sendiri, kita secara otomatis mengembangkan watak atau “kotak” kita agar bisa diterima oleh yang lain.
Setelah membaca & menganalisis buku “Personality Plus”, saya mendapatkan gambaran yg jelas tentang kotak-kotak yg dibawa sejak lahir oleh manusia terbagi menjadi 4 watak dasar yaitu: Sanguinis, Melankolis, Phlegmatis & Koleris.
Dengan mengetahui watak dasar kita masing-masing, diharapkan bisa memahami & mengenal diri sendiri dulu, kemudian dikembangkan sehingga mempunyai nilai “Plus” bagi si pemilik kotak-kotak tersebut. Tidak bisa dipungkiri, tiap watak diatas mempunyai kelebihan & kekurangan masing-masing.
Maka dengan ini, saya akan membahasnya di seri-seri berikutnya tiap watak. Semoga bisa bermanfaat & menginspirasi anda untuk mengenal & mengembangkan watak dasar anda untuk mempunyai nilai “Plus” .
Untuk seri selanjutnya, maka akan saya posting di blog ini seminggu sekali tiap hari kamis. Hal ini dikarenakan supaya pembahasannya matang & semua teman-teman bisa menganalisisnya juga.
Tanpa kita sadari, kita tumbuh menjadi besar dalam kotak-kotak, dan bahkan setelah kita keluar ke dunia luas, kita membawa “tembok” kita masing-masing. Ketika saya pertama kali jauh dari orangtua, yaitu setelah lulus SMU sekitar 11 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 2000, saya melanjutkan ke UIN Malang, disana ada asrama mahasiswa (dikenal dg ma’had/pesantren kampus), saya mempunyai 6 teman yg sekotak (baca; sekamar). Sehari, dua hari berikutnya tidak terasa ada perbedaan diantara kami, tetapi setelah seminggu lebih, kami masing-masing mendirikan tembok yang tidak kasat mata. Kami tidak sepakat mengenai seprei, poster dinding, ada yg suka merokok & ada yg tidak, membunyikan music kesukaan sampai cara tidur kami pun berbeda-beda.
Berangkat dari sinilah, saya memahami bahwa tiap orang membawa “kotak” masing-masing yang sangat unik yang dipengaruhi oleh masa kecilnya atau memang watak bawaannya demikian. Dalam satu kamar, watak kami berbeda-beda satu sama lainnya. Ada yg pendiam, ada yg suka bicara atau humor, ada yg cuek-cuek saja, ada yg tempat tidurnya acak-acakan, ada yg rapi, dan segudang perbedaan yg tidak bisa dijabarkan satu-persatu disini.
Konsep watak-watak tidak membatasi kita di dalam pagar dan menempatkan kaki kita di satu tempat saja, tetapi akan bermanfaat bagi kita untuk melihat jenis “kotak” apa yg kita tempati , dan bagaimana agar supaya “kotak” bawaan kita dapat berinteraksi dg “kotak-kotak” yg dibawa oleh teman-teman saya lainnya tanpa harus ada gesekan saling mengedepankan “kotak” masing-masing. Dengan memahami diri sendiri & setia kepada sifat-sifat kita sendiri, kita secara otomatis mengembangkan watak atau “kotak” kita agar bisa diterima oleh yang lain.
Setelah membaca & menganalisis buku “Personality Plus”, saya mendapatkan gambaran yg jelas tentang kotak-kotak yg dibawa sejak lahir oleh manusia terbagi menjadi 4 watak dasar yaitu: Sanguinis, Melankolis, Phlegmatis & Koleris.
Dengan mengetahui watak dasar kita masing-masing, diharapkan bisa memahami & mengenal diri sendiri dulu, kemudian dikembangkan sehingga mempunyai nilai “Plus” bagi si pemilik kotak-kotak tersebut. Tidak bisa dipungkiri, tiap watak diatas mempunyai kelebihan & kekurangan masing-masing.
Maka dengan ini, saya akan membahasnya di seri-seri berikutnya tiap watak. Semoga bisa bermanfaat & menginspirasi anda untuk mengenal & mengembangkan watak dasar anda untuk mempunyai nilai “Plus” .
Untuk seri selanjutnya, maka akan saya posting di blog ini seminggu sekali tiap hari kamis. Hal ini dikarenakan supaya pembahasannya matang & semua teman-teman bisa menganalisisnya juga.
0 komentar:
Posting Komentar