Selasa, 04 Januari 2011

Seri Bedah Buku: Dengan Cinta Aku Berdakwah (11)

G. Kiat Rasul Menanamkan Mahabbah

Menyimak perjalanan cinta diatas tampaknya kita perlu menggali kiat sukses Nabi saw dalam menghadirkan cinta sehingga bunga dan buahnya dapat dirasakan setiap muslim. Diantara keberhasilan nabi saw dalam menanamkan ruhul mahabbah dalam jiwa para sahabat sebagai berikut:

F.1. Mengaitkan cinta dengan iman kepada Allah dan hari akhir

Diriwayatkan dari Anas ra, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw perihal hari kiamat. “Kapan datangnya kiamat?”, tanyanya. “Apa yang telah engkau persiapkan?”, Nabi kembali bertanya. Laki-laki itu menjawab, “Tidak sesuatu pun, kecuali bahwa saya mencintai Allah dan Rasul-Nya”. “Engkau bersama dengan orang yang kau cintai”, Nabi menjawab.

Anas ra berkata, “Betapa gembiranya saya akan sabda Nabi itu, “Engkau bersama dengan orang yang kau cintai”. “Aku mencintai Nabi saw, Abu Bakar dan Umar ra. Dan aku berharap senantiasa bersama mereka kelak karena kecintaanku kepada mereka, meskipun aku belum sanggup beramal sebagaimana amalan mereka”. (HR. Asy-Syaikhani)

Sebagaimana dalam kisah yang diriwayatkan Anas ra diatas, Rasulullah saw dengan merefleksikan cinta pada kehidupan akhirat yang kekal. Motivasi cinta ini akan melahirkan kepekaan seseorang untuk merasakan kehadiran allah dalam setiap sisi kehidupannya serta dengan sigap senantiasa menambah dan memperbaharui perbekalan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr: 18)

Rasulullah saw bersabda,

“Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menguasai dirinya (hawa nafsunya) dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati”. (HR. Tirmidzi)

Adapun sebaik-baik bekal yang mesti dipersiapkan oleh setiap diri mukmin adalah bekal taqwa, sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Al-Baqarah: 197)

Selain itu pendekatan aqidah banyak sekali kita dapatkan dalam hadits-hadits Nabi, misalnya dengan redaksi, “Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang diantara kamu ….”

Rasulullah saw bersabda:

“Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman-Nya, kamu tidak akan masuk surga sebelum beriman. Dan kamu tidak beriman sebelum kalian saling mencintai. (HR. Muslim)

“Tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (Muttafaqqun ‘Alaihi)

Bila kita buka lembaran sirah akan kita dapatkan gambaran gamblang bagaimana para sahabat Rasulullah menerjemahkan makna cinta-cinta ini secara konkrit, seperti dalam kisah Umair bin Humam.

Ketika mendengar Rasulullah saw berkata kepada para sahabat dalam perang Badar, “Bergeraklah kalian menuju surga yang luasnya seluas tujuh lapis langit dan bumi”, dia bertanya, “Wahai Rasulullah, benarkah luas surga seperti itu?”, Nabi saw menjawab “Benar”. Alangkah hebatnya, “Ia bergumam, kalau begitu aku berharap termasuk salah seorang dari penghuninya”. Kemudian ia ikut perang Badar dan mati syahid.

Itulah kekuatan iman sebagai penggerak motivasi cinta, karena cinta memang salah satu indikasi kekuatan iman seseorang.

Bersambung…

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008