Rabu, 15 Desember 2010

Seri Bedah Buku: Dengan Cinta Aku Berdakwah (3)

4. Cinta Adalah Ruh Dari Tarbiyah.

Cinta adalah ruh dari tarbiyah sekaligus rahasia kebahagiaan yang tiada tara. Tingginya kualitas ruhiyah seseorang dapat dilihat dari sejauhmana seseorang merasakan getar-getar cinta kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman;

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (Al-Anfaal: 2)

Getaran cinta begitu kuat menggelora karena dorongan keimanan yang terpatri dalam jiwa. Inilah pengaruh iman yang hakiki dalam jiwa mukmin pilihan.

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (Al-Baqarah: 165)

Cinta adalah persoalan yang asasi di dalam dakwah. Karena dorongan cintalah kita mengajak manusia ke jalan Allah, menyelamatkan manusia dari kejahiliyahan dan ancaman siksa api neraka.

“Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Muslim)

Wujud kecintaan minimal seorang mukmin terhadap saudaranya, cinta yang terendah adalah salamatush shadr. Yakni bersihnya hati dari kedengkian terhadap saudaranya baik dengan lisannya, tangannya maupun hatinya.

“Orang muslim adalah mereka yang menyelamatkan muslim lainnya dari lisannya maupun tangannya”. (HR. Muslim)

Ia juga senantiasa mendoakan saudaranya dengan doa yang tulus ikhlas agar dijauhkan dari berbagai ganjalan yang menggelayuti jiwa yang merusak ukhuwah dan ibadahnya. Hal ini sebagaimana doa orang-orang beriman yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an.

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

Maka ia pun tak rela bila melihat saudaranya berada dalam kezhaliman maupun melakukan tindak kezhaliman. Rasulullah memerintahkan kita untuk menolong saudara kita yang dizhalimi maupun yang berlaku zhalim. Yakni menjauhkan diri dari perilaku zhalimnya tersebut.

Cintalah yang mendorong seseorang untuk lebih menyanyangi orang lain diatas kecintaan terhadap dirinya sendiri. Inilah cinta yang sempurna dan paripurna, yakni itsar;

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hasyr: 9)

Jadi dorongan seorang muslim, mukmin dan da’i untuk mengajak manusia ke jalan Allah semata-mata karena cintanya kepada Allah agar Allah menyelamatkan saudaranya dan cintanya kepada sesamanya agar bersama di jalan Allah. Berbagai upaya pun dilakukan untuk membimbing orang-orang yang dicintai agar mendapatkan hidayah Allah, namun Allah jualah yang kuasa untuk membuka hatinya, menanamkan bibit-bibit cinta di dadanya dan menganugerahkan hidayah-Nya.

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (Al-Qashash: 56)

Cinta kepada Allah mendorong kita untuk mengajak saudara-saudara kita merasakan nikmat cinta di jalan Allah, membentuk kepribadian mereka (takwin syakhsiyah) sebagimana Allah mentarbiyah kita. Dan karenanya aktivitas inilah yang menambah cinta kita kepada Allah sehingga kita pun dicintai Allah.

Bersambung…

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008