Berikut ini akan dipaparkan hal-hal yang menjadi penyebab Allah meng-ukhuwah-kan kita:
b.Sikap memaafkan
Setiap orang akan merasa senang jika dihadapi dengan kelembutan dan dimaafkan kesalahannya, dan ini akan menghasilkan kedekatan hati, sebagaimana yang Allah isyaratkan dalam ayat:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Ali Imran: 159)
c.Menyamakan fikrah, persepsi serta berusaha memaklumi perbedaan
Dalam buku “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin” (Terj.) oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna berpendapat:
“Kita bekerja sama dari hal yang kita sepakati, dan saling memaklumi dari hal yang kita berbeda dalam berpendapat”.
Mencari titik persamaan adalah penyebab yang sangat egektif untuk mempererat tali ukhuwah, dalam kaidah sosial dikatakan:
“Banyaknya persamaan melahirkan cinta”
“Burung-burung itu hinggap bersama dengan sesama jenisnya”
Maka sering kita dapati orang tua mencintai anaknya yang mirip rupa dan penampilan dengan mereka melebihi anaknya yang tidak serupa dengannya, dan Rasulullah saw melarang kita menyerupai kaum kafir Yahudi dan Nasrani dalam rangka menutup jalan agar kita tidak cinta kepada mereka, dalam hadist dikatakan:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari golongan mereka” (HR. Abu Dawud, Thabrani, Ahmad)
Dalam pepatah dikatakan agar kita berusaha meyerupai kaum shalih walaupun tidak bisa masuk golongan mereka, karena menyerupai suatu kaum shalih adalah suatu keberuntungan:
“Berserupalah dengan orang-orang shalih walaupun engkau bukan golongan mereka, karena menyerupai orang-orang shalih itu keberuntungan”.
d.Berbuat baik, berkhidmah, memberikan hadiah, menebar salam, murah senyum, penghargaan dengan pujian.
Dalam pepatah dikatakan:
“Berbuat baiklah engkau kepada orang, niscaya engkau rengkuh hati mereka”
Allah berfirman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fushilat: 34)
Rasulullah bersabda:
“Saling berikanlah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai”
Rasul juga mewasiatkan kepada kita umatnya untuk selalu saling mencintai sesama mukmin lainnya. Karena dengan cintalah, kita bisa mencapai derajat mukmin sejati di sisi Allah Azza wa Jalla.
Disamping itu, afsus salam (menyebarkan salam) harus dengan kesungguhan disertai senyuman. Berjabatan tangan erat bersama, sorotan pandangan yang mengirimkan isyarat cinta dan kesetiaan, bukan salaman basa-basi dan wajah cemberut. Perhatikan pengaruh Rasul terhadap sahabat Jarir bin Abdullah Al-Bajali yang selalu merasakan perhatian Rasul terhadapnya sehingga ia mengatakan:
“Tidaklah Rasulullah mmemandangku semenjak aku masuk Islam kecuali dengan senyuman diwajahnya”
Diantara perhatian dan penghargaan yang sangat efektif adalah menrima curahan hari (curhat) secara seksama, mengucapkan selamat dalam berbagai kesempatan yang membahagiakan seperti kelahiran anak, sukses kerja, dan ikut berbagi duka dalam musibah.
e.Berdoa di waktu ijabah untuk kedekatan hati, terutama mendoakan orang yang kita rasakan ada jarak antar kita dengan mereka.
Dan ini yang sering dilupakan orang, maka banyak orang yang keras hatinya tiba-tiba berubah menjadi lembut disebabkan doa yang dilantunkan di malam hari. Kita masih ingat kisah Islamnya beberapa sahabat nabi sebab doa Rasulullah buat mereka. Seperti keislaman Umar bin Khattab ra.
Saudaraku fillah, mari kita selalu ingat doa rabithah kita, dan kita renungi sebagai mu’ahadah kita kepada Allah untuk selalu ijtima’ qulub ‘ala mahabbatillah (berkumpul hati untuk mencintai Allah), iltiqa’ ‘ala tha’atillah (bertemu dalam rangka ta’at kepada Allah), tawahhadat ‘ala nushrah syari’atillah (bersatu untuk menolong agama Allah) dengan demikian, insya Allah permintaan kita untuk tautsiq ribath (penguat ikatan), idamatil mahabbah (pengekalan cinta), hidayatul sabil (petunjuk kepada kebenaran), mal ul qulub binurillah (memenuhi hati dengan cahaya Allah), syarhus shudur bil iman (kelonggaran dada dengan iman), dan jamilut tawakkul (indahnya tawakkal) bisa terealisasikan, dan akhirnya mendapatkan: ihya ul qulub bima’rifatillah (menghidupkan hati dengan menngenal Allah dan al maut ‘ala syahadah fi sabilillah (mati syahid di jalan Allah).
Semoga Allah memuliakan kita dengan mengabulkan doa kita dengan menjadikan kita orang yang hidup dan mati untuk Islam. Amin..
Bersambung
b.Sikap memaafkan
Setiap orang akan merasa senang jika dihadapi dengan kelembutan dan dimaafkan kesalahannya, dan ini akan menghasilkan kedekatan hati, sebagaimana yang Allah isyaratkan dalam ayat:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Ali Imran: 159)
c.Menyamakan fikrah, persepsi serta berusaha memaklumi perbedaan
Dalam buku “Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin” (Terj.) oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna berpendapat:
“Kita bekerja sama dari hal yang kita sepakati, dan saling memaklumi dari hal yang kita berbeda dalam berpendapat”.
Mencari titik persamaan adalah penyebab yang sangat egektif untuk mempererat tali ukhuwah, dalam kaidah sosial dikatakan:
“Banyaknya persamaan melahirkan cinta”
“Burung-burung itu hinggap bersama dengan sesama jenisnya”
Maka sering kita dapati orang tua mencintai anaknya yang mirip rupa dan penampilan dengan mereka melebihi anaknya yang tidak serupa dengannya, dan Rasulullah saw melarang kita menyerupai kaum kafir Yahudi dan Nasrani dalam rangka menutup jalan agar kita tidak cinta kepada mereka, dalam hadist dikatakan:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari golongan mereka” (HR. Abu Dawud, Thabrani, Ahmad)
Dalam pepatah dikatakan agar kita berusaha meyerupai kaum shalih walaupun tidak bisa masuk golongan mereka, karena menyerupai suatu kaum shalih adalah suatu keberuntungan:
“Berserupalah dengan orang-orang shalih walaupun engkau bukan golongan mereka, karena menyerupai orang-orang shalih itu keberuntungan”.
d.Berbuat baik, berkhidmah, memberikan hadiah, menebar salam, murah senyum, penghargaan dengan pujian.
Dalam pepatah dikatakan:
“Berbuat baiklah engkau kepada orang, niscaya engkau rengkuh hati mereka”
Allah berfirman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fushilat: 34)
Rasulullah bersabda:
“Saling berikanlah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai”
Rasul juga mewasiatkan kepada kita umatnya untuk selalu saling mencintai sesama mukmin lainnya. Karena dengan cintalah, kita bisa mencapai derajat mukmin sejati di sisi Allah Azza wa Jalla.
Disamping itu, afsus salam (menyebarkan salam) harus dengan kesungguhan disertai senyuman. Berjabatan tangan erat bersama, sorotan pandangan yang mengirimkan isyarat cinta dan kesetiaan, bukan salaman basa-basi dan wajah cemberut. Perhatikan pengaruh Rasul terhadap sahabat Jarir bin Abdullah Al-Bajali yang selalu merasakan perhatian Rasul terhadapnya sehingga ia mengatakan:
“Tidaklah Rasulullah mmemandangku semenjak aku masuk Islam kecuali dengan senyuman diwajahnya”
Diantara perhatian dan penghargaan yang sangat efektif adalah menrima curahan hari (curhat) secara seksama, mengucapkan selamat dalam berbagai kesempatan yang membahagiakan seperti kelahiran anak, sukses kerja, dan ikut berbagi duka dalam musibah.
e.Berdoa di waktu ijabah untuk kedekatan hati, terutama mendoakan orang yang kita rasakan ada jarak antar kita dengan mereka.
Dan ini yang sering dilupakan orang, maka banyak orang yang keras hatinya tiba-tiba berubah menjadi lembut disebabkan doa yang dilantunkan di malam hari. Kita masih ingat kisah Islamnya beberapa sahabat nabi sebab doa Rasulullah buat mereka. Seperti keislaman Umar bin Khattab ra.
Saudaraku fillah, mari kita selalu ingat doa rabithah kita, dan kita renungi sebagai mu’ahadah kita kepada Allah untuk selalu ijtima’ qulub ‘ala mahabbatillah (berkumpul hati untuk mencintai Allah), iltiqa’ ‘ala tha’atillah (bertemu dalam rangka ta’at kepada Allah), tawahhadat ‘ala nushrah syari’atillah (bersatu untuk menolong agama Allah) dengan demikian, insya Allah permintaan kita untuk tautsiq ribath (penguat ikatan), idamatil mahabbah (pengekalan cinta), hidayatul sabil (petunjuk kepada kebenaran), mal ul qulub binurillah (memenuhi hati dengan cahaya Allah), syarhus shudur bil iman (kelonggaran dada dengan iman), dan jamilut tawakkul (indahnya tawakkal) bisa terealisasikan, dan akhirnya mendapatkan: ihya ul qulub bima’rifatillah (menghidupkan hati dengan menngenal Allah dan al maut ‘ala syahadah fi sabilillah (mati syahid di jalan Allah).
Semoga Allah memuliakan kita dengan mengabulkan doa kita dengan menjadikan kita orang yang hidup dan mati untuk Islam. Amin..
Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar