Selasa, 09 November 2010

Karet Gelang

Suatu kali aku butuh karet gelang. Satu saja, ndak banyak. Sampo yang akan kubawa tutupnya dol. Harus dibungkus lagi dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak, bisa berabe. Isinya bisa tumpah-ruah mengotori seisi tas.

Tapi saya tidak menemukan sebiji pun karet gelang. Di dalam lemari, tidak ada. Di kolong-kolong meja, juga tidak ada. Aku jadi kelabakan. Apa tidak usah bawa sampo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet. Sudah ditunggu suami lagi.

Akhirnya kucoba dengan tali seadanya, tetap tidak bisa. Dipuntal-puntal pakai kain plastik, juga tidak bisa. Waduh, karet gelang yang biasanya dibuang-buang, sekarang malah bikin pening. Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba menjadi begitu penting dan berharga.

Aku jadi teringat pada seorang teman waktu kuliah S1 dulu. Ia tidak menonjol, apalagi berpengaruh. Sungguh, dia biasa-biasa saja. Ia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi di kampus. Ia hanya bisa melakukan apa-apa yang diperintahkan kepadanya. Ia pun kadang-kadang salah. Kemampuannya memang sangat terbatas.

Tetapi kelebihannya, ia sangat senang membantu orang lain; entah menemani, membelikan sesuatu, atau kerja kasaran bagi-bagi brosur fakultas. Pokoknya apa saja asal membantu orang lain, ia kerjakan dengan senang dan dengan hati ikhlas.

Itulah sebabnya kalau ia tidak ada, kami semua, teman-temannya, jadi kelabakan juga. Pernah suatu kali acara yang sudah kami persiapkan kurang sukses, karena ia tiba-tiba harus pulang kampung untuk suatu urusan.

Teman, di dunia ini memang tidak ada sesuatu yang begitu kecilnya, sehingga sama sekali tidak berarti. Benda yang sesehari dibuang-buang pun, seperti karet gelang misalnya, pada saatnya bisa menjadi begitu penting dan berharga.

Mau bukti lain?..

Tanyakanlah pada tiap pendaki gunung, apa yang paling merepotkan mereka saat mendaki tebing? Bukan teriknya matahari. Bukan beratnya perbekalan. Tetapi kerikil-kerikil kecil yang masuk sepatu.

Tanyakanlah pada orang yang pernah mengalami kecelakaan karena ngantuk. Berapa detik mereka tidak sadar? Ya, hanya 2 s/d 4 detik saja! Maka berhati-hatilah, karena waktu sedetikpun juga penting.

Karena itu, jangan pernah meremehkan apapun. Di dunia ini, tidak ada yang kecil menurut pandangan Allah.

Allahu Al-Bashir (Maha Melihat)...

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008