By. Anisatul Illiyin
Seorang istri menceritakan kepadaku, bagaimana ia bersyukur memiliki seorang suami yang "sempurna". Di samping saleh, penyayang, suaminya adalah orang yang penyabar, pengasih, sangat cooperate dengan istrinya, tidak canggung dalam membantu urusan rumah tangga, pintar, cakap dan ditambah lagi mempunyai wajah di atas rata-rata. Tutur katanya lembut tetapi tegas, emosinya stabil plus ilmu dan wawasannya pun sangat luas. Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami kriteria "sempurna" ini.
Sejak menikah, bertambahlah cintanya pada sang suami. Tetapi beriringan dengan waktu, dia menemukan “ketidak-nyamanan” dengan pesona yang dimiliki sang suami. Tanpa disadari tenyata pesona sang suami ini, dirasakan juga oleh kalangan umum khususnya para wanita muda. Dengan berkembangnya sarana komunikasi dan era globalisasi serta FB ini, sang suami banyak tampil di khalayak ramai, dan pesona sang suami semakin meluas dirasakan. Ataupun lewat tulisan-tulisannya, banyak yang menjadi simpatik kepadanya.
Kumerasakan ada kekhawatiran di dalam tuturnya saat menceritakan bagaimana sang suami seakan menebar pesona pada lawan jenisnya. Mungkin awalnya diniatkan sebagai lahan dakwah untuk mengajak kebaikan terhadap orang lain.
Kumenyarankan ia agar mengatakan hal yang menjadi ganjalan pada sang suami. Dan apa yang sebenarnya ia inginkan dari sang suami. Karena saya rasa selama komunikasi antara suami istri tetap dijaga, insya Allah rasa kekhawatiran yang berlebihan itu tidaklah perlu.
Menurutku, kekhawatiran itu wajar dirasakan. Bila kita balikkan posisi mereka, dimana sang suami memiliki istri yang penuh pesona, lantas apakah dia tidak merasakan cemburu bila sang istri memiliki fans tersembunyi? Atau merasa khawatir sang istri tertarik dengan lelaki lain atau khawatir sang istri akan menjadi fitnah bagi rumah tangga orang lain?
Sekalipun sudah menikah bukan berarti kita terjaga bila kita tidak menjaga pandangan, bukan berarti dengan menikah, lantas kita tidak merasakan ketertarikan pada lawan jenis selain suami/istri kita. Karena fitrah manusia baik dia belum menikah ataupun sudah menikah untuk merasakan ketertarikan/merasa senang dengan lawan jenis.
Suatu hari, sang istri menyampaikan keluh-kesahnya kepada suaminya. Lantas, apakah suaminya marah mendengar keluh-kesah dari istrinya? Bencikah ia terhadap istrinya karena “ketidak-percayaan” terhadapnya? TIDAK. Sang suami malah tersenyum sambil berucap; “Ma, setelah Abi menikah dengan mama, rasa cinta abi terhadap mama tidaklah berkurang sedikitpun, malah semakin hari semakin tumbuh dan berkembang seiring bertambahnya usia pernikahan kita”. Kemudian, sang suami mengecup kening istrinya dan berkata; “Selama hidup abi, dalam hati abi hanya ada 2 wanita di dunia ini: Ibu & Mama”.
Mendengar penjelasan dari suaminya, mengembanglah senyum di bibir sang istri sambil tersipu malu dan menitikkan airmata karena mengetahui betapa suaminya mencintainya dengan tulus.
Teman, siapakah Pasangan Suami-Istri tersebut? Pasangan Suami-Istri tersebut adalah Aku & Suamiku tercinta…^_^
Moga ada hikmah dan manfaatnya…
-dedicated to My Husband: Erryk Kusbandhono, M.Pd-
Seorang istri menceritakan kepadaku, bagaimana ia bersyukur memiliki seorang suami yang "sempurna". Di samping saleh, penyayang, suaminya adalah orang yang penyabar, pengasih, sangat cooperate dengan istrinya, tidak canggung dalam membantu urusan rumah tangga, pintar, cakap dan ditambah lagi mempunyai wajah di atas rata-rata. Tutur katanya lembut tetapi tegas, emosinya stabil plus ilmu dan wawasannya pun sangat luas. Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami kriteria "sempurna" ini.
Sejak menikah, bertambahlah cintanya pada sang suami. Tetapi beriringan dengan waktu, dia menemukan “ketidak-nyamanan” dengan pesona yang dimiliki sang suami. Tanpa disadari tenyata pesona sang suami ini, dirasakan juga oleh kalangan umum khususnya para wanita muda. Dengan berkembangnya sarana komunikasi dan era globalisasi serta FB ini, sang suami banyak tampil di khalayak ramai, dan pesona sang suami semakin meluas dirasakan. Ataupun lewat tulisan-tulisannya, banyak yang menjadi simpatik kepadanya.
Kumerasakan ada kekhawatiran di dalam tuturnya saat menceritakan bagaimana sang suami seakan menebar pesona pada lawan jenisnya. Mungkin awalnya diniatkan sebagai lahan dakwah untuk mengajak kebaikan terhadap orang lain.
Kumenyarankan ia agar mengatakan hal yang menjadi ganjalan pada sang suami. Dan apa yang sebenarnya ia inginkan dari sang suami. Karena saya rasa selama komunikasi antara suami istri tetap dijaga, insya Allah rasa kekhawatiran yang berlebihan itu tidaklah perlu.
Menurutku, kekhawatiran itu wajar dirasakan. Bila kita balikkan posisi mereka, dimana sang suami memiliki istri yang penuh pesona, lantas apakah dia tidak merasakan cemburu bila sang istri memiliki fans tersembunyi? Atau merasa khawatir sang istri tertarik dengan lelaki lain atau khawatir sang istri akan menjadi fitnah bagi rumah tangga orang lain?
Sekalipun sudah menikah bukan berarti kita terjaga bila kita tidak menjaga pandangan, bukan berarti dengan menikah, lantas kita tidak merasakan ketertarikan pada lawan jenis selain suami/istri kita. Karena fitrah manusia baik dia belum menikah ataupun sudah menikah untuk merasakan ketertarikan/merasa senang dengan lawan jenis.
Suatu hari, sang istri menyampaikan keluh-kesahnya kepada suaminya. Lantas, apakah suaminya marah mendengar keluh-kesah dari istrinya? Bencikah ia terhadap istrinya karena “ketidak-percayaan” terhadapnya? TIDAK. Sang suami malah tersenyum sambil berucap; “Ma, setelah Abi menikah dengan mama, rasa cinta abi terhadap mama tidaklah berkurang sedikitpun, malah semakin hari semakin tumbuh dan berkembang seiring bertambahnya usia pernikahan kita”. Kemudian, sang suami mengecup kening istrinya dan berkata; “Selama hidup abi, dalam hati abi hanya ada 2 wanita di dunia ini: Ibu & Mama”.
Mendengar penjelasan dari suaminya, mengembanglah senyum di bibir sang istri sambil tersipu malu dan menitikkan airmata karena mengetahui betapa suaminya mencintainya dengan tulus.
Teman, siapakah Pasangan Suami-Istri tersebut? Pasangan Suami-Istri tersebut adalah Aku & Suamiku tercinta…^_^
Moga ada hikmah dan manfaatnya…
-dedicated to My Husband: Erryk Kusbandhono, M.Pd-
0 komentar:
Posting Komentar