Minggu, 04 April 2010

Perekam-perekam Jitu

Ya Allah, tunjukilah aku dengan mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholeh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku (dengan memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.(QS Al-Ahqaf (46):15

Sejak mendengar tangis pertamanya, hampir 24 jam sehari saya bersama dia. Mengganti popok, menyusui, menidurkan, memandikan, menyuapi, menemani bermain hampir semua saya yang melakukan. Begitu banyak waktu tercurah untuknya seolah bau nafas dan tubuhnya tak pernah lepas dari hidung saya, bahkan suara detak jantungnya pun seakan selalu melekat di telinga saya. Pun tahap demi tahap perkembangannya tidak pernah luput dari penglihatan saya, ibunya.

Begitu pula sebaliknya, apapun yang saya lakukan hampir tidak pernah lepas dari pandangan mata jernihnya, kecuali ketika dia sedang berada dalam buaian alam mimpi. Tidak jarang tubuh mungilnya bertengger di punggung ini ketika saya sedang memasak atau mencuci piring. Sering pula dia menguntit dari belakang dengan merangkak ketika kaki ini melangkah kesana kemari untuk membereskan rumah ataupun sekedar ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Juga ketika sedang memenuhi panggilan lima waktu-Nya, tak jarang dengan santainya dia menarik-narik sajadah atau mukena yang saya pakai atau bahkan memukul-mukul kepala saya ketika sedang bersujud. Tanpa sadar ternyata apa yang saya lakukan selama ini terekam baik di kepalanya.

Anak adalah buah hati, karunia Ilahi. Mereka bukan hanya penerus keturunan yang akan mengurus kita ketika jompo datang menghadang, tetapi seorang anak (yang sholeh/sholehah) merupakan tabungan utama bagi kita, orang tuanya. Merekalah yang akan memohonkan ampun atas dosa-dosa kita setelah dipanggil menghadap-Nya.

Rasulullah saw bersabda, bila anak adam wafat maka amalnya terputus kecuali tiga hal yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)

Tak bisa dipungkiri bahwa kita, para orang tua adalah guru pertama bagi si buah hati, yang mendidik dan mengajarkan berbagai hal kepada mereka, sebagai rasa tanggung jawab akan amanah Sang Pencipta. Selain itu, orang tua adalah kompas pertama yang membantu menentukan ke mana arah langkahnya. Pun ketika dewasa, jalan mana yang mereka tempuh tentunya tidak lepas dari peran kita sebagai pendidik dan penentu arah baginya.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu bertauhid kepada Allah, orang tuanyalah yang akan menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi (HR Bukhari)

Mereka ibarat kaset kosong yang siap merekam apa saja yang dilihat dan didengarnya. Meniru dan meniru tanpa tahu mana yang pantas dan tidak pantas untuk ditiru. Tentulah tugas kita sebagai orang tua menjadi penyaring akan apa yang mungkin masuk ke dalam mata dan telinga mereka.

Anak-anak tidak hanya memerlukan nasehat yang kadang harus dirangkai menjadi cerita indah tetapi juga contoh nyata yang bisa dilihat dari orang-orang terdekatnya, karena anak-anak mempunyai kecenderungan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya terutama orang tuanya. Keteladanan (uswah hasanah) dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah proses panjang untuk mengarahkan buah hati ke jalan yang diridhai-Nya.

Lalu, akankah kita memberi contoh yang tidak pantas ditiru oleh perekam-perekam jitu kita? Dan ingatlah, mereka pula yang akan meneruskan perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan syariat Islam.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008