Rabu, 14 Maret 2012

Resensi Movie : Kabhi Alvida Naa Kehna

Film ini baru tonton ketika selesai mengajar di kampus jam 20.30an tadi malam. Saya dapatkan dari teman dan mengatakannya kepada saya; Film ini bagus, ustadz. Konflik bathinnya luar biasa dalam dan tokoh-tokohnya kuat dalam segi karakternya. Apalagi, film ini dibintangi oleh bintang Top Bollywood; Shah Rukh Khan, Preity Zinta, Rani Mukherje dkk. Tanpa ba, bi, bu saya langsung bergegas pulang setelah dinner dengan membeli Nasgor bungkus di dekat rumah.

Film ini penuh emosional tanpa adegan kekerasan, tanpa adegan kampus dan tanpa karakter yang konyol, karena Karan Johar sangat hati-hati dalam penggarapan film ini. Sutradara muda satu ini sekali lagi membuat sensasi mengenai hubungan persahabatan yang berujung cinta. Dev Saran (Shah Rukh Khan) mantan pemain sepak bola yang pensiun setelah mendapat kecelakaan tertabrak mobil, sehingga mengakibatkan salah satu kakinya pincang. Istrinya Rhea (Preity Zinta) yang mementingkan karir dan karir, dan mereka mempunyai satu anak laki-laki. Kesuksesan Rhea selalu diselingi dengan keegoisan Dev, sehingga menyebabkan ketidak harmonisan dalam hubungan berumah tangga.

Maya Talwar (Rani Mukherjee) dengan karakter yang sangat sensitive dan melankolis, dia mencoba ingin keluar dari problematika berumah-tangganya karena belum diberi momongan 4 tahun pernikahannya. Padahal, sang suami Rishi (Abhishek Bachchan) sebagai Konsultan PR begitu mencintai istrinya apa adanya. Maya tidak begitu menyukai watak suaminya yang kekanak-kanakan, dengan adanya sesuatu yang kurang ini itulah sehingga menyebabkan hubungan suami-istri mereka berdua menjadi penuh emosional dan tidak harmonis lagi.

Maya dan Dev sebelumnya pernah bertemu. Dev tanpa sengaja bertemu dengan Maya disaat Maya sesaat menjelang pernikahannya. Dan mereka, merasakan ada getar-getar dalam hatinya satu sama lainnya ketika perjumpaan mereka waktu itu. Kini, mereka bertemu lagi dengan seabreg permasalahan rumah tangganya masing-masing. Berawal dari “acara” curhat-curhatan inilah, mereka secara “diam-diam” menjalin cinta terlarang itu.

Cerita ini di garap sepenuhnya oleh Karan Johar dan di tulis oleh Shibani Bathija yang ahli dalam hal drama emosional. Cinematography oleh Anil Mehta yang pengambilan gambarnya dilakukan sepenuhnya di New York City karena cocok dengan tema cerita. Art Direction oleh Sharmistha Roy, seperti dalam mimpi di setiap pengambilan adegan yang di sesuaikan dengan mood dari setiap adegannya.

Make up spesial untuk Rani dan Preity sehingga begitu tampak menawan dan anggun dalam tiap adegan dan di balut busana yang elegan oleh Manish Malhotra dengan dengan mode-mode layaknya wanita metrosexsual bagi kaum adam, dengan warna-warna gelap seperti hitam dan merah. Dan tidak kalah hebohnya musik di garap Tiga bersaudara Shankar-Ehsan-Loy dengan lagu yang indah diantaranya lagu yang melow bisa membuat hati luluh “Tumhi Dekho Na” dengan irama yang lembut bisa membuat hati tanang.

Penampilan Shahrukh Khan sungguh hebat dengan watak keras dan pemarah sehingga membuat para istri sangat sensitif dengan sifat itu. Rani Mukherjee sangat pas dengan karakter Maya yang sakit hati seperti di film-film Rani sebelumnya. Preity Zinta sebagai wanita yang cerdas dalam berkarir juga sanagat pas dengan karakter Rhea yang sibuk berkarir. Abhisek Bachchan sangat pas sebagai tokoh suami yang kekanak-kanakan dan glamour. Serta Arjun Rampal yang sesekali nongol sebagai bintang tamu dalam film ini.

Karan johar sangat pintar dalam memilih cerita, sehingga bisa membuat emosi para penonton meledak-ledak. Cerita yang berdasarkan cinta dan kebencian yang penuh emosiaonal. “Kabhi Alvida Na Kehna” bukan film yang mudah di tebak seperti kebanyakan film-film-india lainya, ini film india modern yang menyuguhkan cerita-cerita berat, menceritakan konflik seputar kompromi dalam pernikahan. Dalam ikatan pernikah apakah akan membawa kebahagiaan dan cinta.

Sejauh yang saya tangkap dari film ini adalah;
1. Niat awal menikah adalah niat yang harus benar-benar kuat. Kalau tidak yakin dengan calon pasangannya, maka dipastikan kehidupan rumah-tangganya akan mengalami keretakan.
2. Ikatan pernikahan hendaknya kuat dan saling menguatkan satu sama lainnya antara suami & istri.
3. Jangan memberi “ruang” kepada orang lain (lawan jenis) untuk bercurhat ria. Karena, biasanya orang yang curhat dan yang dicurhati akan intens melakukan hubungan pertemuan sehingga rawan sekali memunculkan “hubungan/jalinan” baru diantara keduanya.
4. Awal perselingkuhan badan adalah dimulai dari perselingkuhan hati.
5. Senantiasa mengharap bantuan & pertolongan-Nya disetiap doa-doa keseharian, agar Allah menjaga jalinan cinta suci ini hingga kelak dipertemukan di syurga-Nya.
6. Perselingkuhan akan menimbulkan penderitaan yang tiada akhir meski film ini happy ending bagi semua tokohnya. Namun, itulah denda yang harus dibayar bagi suami-istri yang tidak harmonis dalam rumah tangganya.

Teman, ketika kita memutuskan untuk menikah, seharusnya kita telah bersepakat untuk mempertemukan tidak hanya seorang laki-laki dan perempuan, tapi juga dua pemikiran, dua sudut pandang, dua karakteristik, dua kebiasaan, tak lupa juga bahwa kita telah menikahkan dua keluarga besar dan dua kebudayaan. Ibarat sebuah pepatah: “Lain Ladang, Lain Belalang”. Perbedaan itu pasti akan ada. Maka siap menikah berarti kita siap untuk menerima perbedaan. Perbedaan itu adalah suatu sunnatullah, lalu kenapa kita harus takut untuk menerima perbedaan dalam bahtera rumah tangga?

Sekali lagi, menikah adalah kesiapan untuk menerima perbedaan, kemauan untuk berubah, keinginan untuk mengenal lebih jauh, kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi mengedepankan kepentingan dan kebutuhan bersama. Bahkan, ketika pernikahan itu sudah terlaksana pun, proses pembelajaran itu harus tetap kita lakukan.
Perjuangan untuk menikah itu bukanlah suatu perjuangan yang mudah, oleh karenanya, bagi anda yang telah menikah, jagalah keharmonisan keluarga anda, jangan biarkan biduk keluarga anda oleng dan karam di tengah lautan, karena hidup di dunia ini hanya sesaat, kelak di akherat sana kita dimintai pertanggung-jawaban atas kewajiban dan tanggung-jawab yang kita emban.

Bagi para suami; berlombalah melatih diri untuk menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, menjadi ayah yang memberikan keteladanan pada anak-anaknya. Tidak otoriter sebagai seorang pemimpin. Ajaklah isteri anda untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga. Bagi para isteri; bersemangatlah untuk memicu diri agar bisa menjadi bidadari dunia dan akherat bagi suamimu, indah dipandang mata, sejuk di kalbu dan bermesra dirasa, yang pasti selalu dekat dengan Allah. Menjadi isteri dan ibu yang memberi rasa damai pada anggota keluarga. Bagi anda yang belum menikah, bersabar dan berusahalah untuk meraih kasih sayang Allah, karena orang yang mendapat kasih sayang Allah-lah yang akan beroleh kebaikan dunia dan akhirat.

Semoga kita semua beroleh Syurga yang dijanjikan Allah, dan diizinkan untuk hadir dalam pertemuan yang sangat agung yakni pertemuan di saat melihat wajah Allah, sebagai imbalan bagi hambanya yang sabar dalam meniti hidup ini.
Amin…

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008