Kamis, 05 Mei 2011

Mari Benahi Diri

Setiap orang perlu waktu untuk berbenah diri. Dan tidak semua bisa melakukannya dalam tempo yang singkat. Sebab seringkali proses pembenahan diri tersebut dilakukan tidak dengan cara-cara yang sederhana.

Ada yang melakukannya dengan ber-muhasabah menjelang tidur setiap malam, dengan menghitung-hitung, apakah hari ini lebih banyak kebaikan yang diperbuat, ataukah lagi-lagi menumpuk kemaksiatan. Ada yang melakukannya dengan berbincang panjang lebar dengan keluarga atau teman-teman dekat, mengenai satu dua hal yang dianggap perlu diperbaiki oleh diri.
Ada yang harus mengosongkan waktu untuk merenung panjang, memberi jeda untuk pikiran dan hati agar berkoordinasi.

Saya sering mendengar tentang bagaimana seseorang yang melampiaskan kejenuhan atau ketidaknyamanan yang sedang dirasakan kepada sesuatu hal yang menjadi hobi. Memilih rehat sambil mengerjakan sesuatu yang digemari memang menyenangkan.

Bagi seseorang yang ‘gila buku’, mengisi waktu rehat dengan membaca buku sambil bersantai di rumah, bisa menjadi ‘surga’ pada saat jenuh. Sangat baik bila ‘pelampiasan’ itu berupa kegiatan positif yang bahkan bisa menambah poin lebih bagi diri. Tetapi ternyata tak sedikit yang melakukan sebaliknya. Menghabiskan waktu untuk memanjakan diri berhura-hura, untuk hal yang sia-sia sampai yang haram sekalipun.

Seringkali saya mendapati diri saya merasa kehabisan energi untuk melakukan sesuatu. Rasanya, pada saat itu, semua hal yang sedang dikerjakan seperti tak berkesan sama sekali. Datar. Bahkan semangat yang biasanya mendasari setiap aktivitas, hilang tak berbekas. Saya menjadi demikian bosan akan rutinitas yang biasanya masih terasa menyenangkan. Jenuh. Titik kelam itu sepertinya menelan habis setiap energi positif yang masih menyangkut di tiang-tiang hati.

Biasanya, pada saat-saat seperti itu, saya akan melepaskan semua aktivitas untuk mengambil waktu barang sejenak di depan komputer. Baik itu di kantor maupun di rumah. Mengeluarkan isi hati sambil menyelami apa makna di baliknya, adalah salah satu cara untuk membuat dada ini terasa lapang kembali. Biasanya, pipi saya akan serasa ditampar keras-keras. Sebab isi artikel yang saya tulis adalah teguran keras untuk diri saya sendiri. Membangun kembali semangat melalui artikel yang ditulis sendiri.

Demikian juga dengan proses dan cara berbenah diri. Saya tak lagi bisa mengandalkan perjalanan jauh pulang-pergi ke tempat aktivitas sebagai satu-satunya sarana untuk ber-muhasabah. Toh, masih ada malam-malam panjang yang sangat sayang untuk dilewatkan hanya dengan tertidur lelap, bagaimanapun letihnya tubuh ini. Juga masih bisa lisan ini melantunkan zikir sepanjang gerak tubuh melakukan kegiatan sehari-hari. Atau kedua tangan yang tetap bisa terus menuliskan buah dari perenungan atas segala kejadian. Masih banyak kesempatan yang mungkin selama ini belum dimanfaatkan untuk membenahi diri. Kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh, setiap detik hari-hari yang kita lewati tak mungkin lewat sia-sia.

Ya. Sebelum terlambat, sebelum kesempatan itu pergi, mari benahi diri.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008