Anak adalah buah hati, karunia Ilahi. Mereka bukan hanya penerus keturunan yang akan mengurus kita ketika kita beranjak ke usia tua, tetapi seorang anak (yang sholeh/sholehah) merupakan tabungan utama bagi kita, orang tuanya. Merekalah yang akan memohonkan ampun atas dosa-dosa kita setelah dipanggil menghadap-Nya.
Rasulullah saw bersabda, bila anak adam wafat maka amalnya terputus kecuali tiga hal yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Tak bisa dipungkiri bahwa kita, para orang tua adalah guru pertama bagi si buah hati, yang mendidik dan mengajarkan berbagai hal kepada mereka, sebagai rasa tanggung jawab akan amanah Sang Pencipta. Selain itu, orang tua adalah kompas pertama yang membantu menentukan ke mana arah langkahnya. Pun ketika dewasa, jalan mana yang mereka tempuh tentunya tidak lepas dari peran kita sebagai pendidik dan penentu arah baginya.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu bertauhid kepada Allah, orang tuanyalah yang akan menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi (HR Bukhari)
Mereka ibarat kaset kosong yang siap merekam apa saja yang dilihat dan didengarnya. Meniru dan meniru tanpa tahu mana yang pantas dan tidak pantas untuk ditiru. Tentulah tugas kita sebagai orang tua menjadi penyaring akan apa yang mungkin masuk ke dalam mata dan telinga mereka.
Anak-anak tidak hanya memerlukan nasehat yang kadang harus dirangkai menjadi cerita indah tetapi juga contoh nyata yang bisa dilihat dari orang-orang terdekatnya, karena anak-anak mempunyai kecenderungan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya terutama orang tuanya. Keteladanan (uswah hasanah) dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah proses panjang untuk mengarahkan buah hati ke jalan yang diridhai-Nya.
Lalu, akankah kita memberi contoh yang tidak pantas ditiru oleh perekam-perekam jitu kita? Dan ingatlah, mereka pula yang akan meneruskan perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan syariat Islam.
Rasulullah saw bersabda, bila anak adam wafat maka amalnya terputus kecuali tiga hal yaitu: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Tak bisa dipungkiri bahwa kita, para orang tua adalah guru pertama bagi si buah hati, yang mendidik dan mengajarkan berbagai hal kepada mereka, sebagai rasa tanggung jawab akan amanah Sang Pencipta. Selain itu, orang tua adalah kompas pertama yang membantu menentukan ke mana arah langkahnya. Pun ketika dewasa, jalan mana yang mereka tempuh tentunya tidak lepas dari peran kita sebagai pendidik dan penentu arah baginya.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu bertauhid kepada Allah, orang tuanyalah yang akan menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi (HR Bukhari)
Mereka ibarat kaset kosong yang siap merekam apa saja yang dilihat dan didengarnya. Meniru dan meniru tanpa tahu mana yang pantas dan tidak pantas untuk ditiru. Tentulah tugas kita sebagai orang tua menjadi penyaring akan apa yang mungkin masuk ke dalam mata dan telinga mereka.
Anak-anak tidak hanya memerlukan nasehat yang kadang harus dirangkai menjadi cerita indah tetapi juga contoh nyata yang bisa dilihat dari orang-orang terdekatnya, karena anak-anak mempunyai kecenderungan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya terutama orang tuanya. Keteladanan (uswah hasanah) dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah proses panjang untuk mengarahkan buah hati ke jalan yang diridhai-Nya.
Lalu, akankah kita memberi contoh yang tidak pantas ditiru oleh perekam-perekam jitu kita? Dan ingatlah, mereka pula yang akan meneruskan perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan syariat Islam.
0 komentar:
Posting Komentar