Senin, 21 Juni 2010

Dokter Terbaik Dalam Diri Kita

Dokter Albert Schweitzer, seorang dokter misionaris di pedalaman Afrika dan seorang pemenang hadiah nobel pernah menyatakan bahwa: ”The real doctor is the doctor within.” Yang beliau maksudkan adalah bahwa sesungguhnya diri kita sendirilah yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang kita derita.

Berikut adalah artikel yang saya ambil dari buku CREATE YOUR OWN CHEESE. Sering kita tidak menyadari bahwa ketika kita mengalami sakit yang parah, satu-satunya yang dapat menyembuhkan diri kita adalah diri kita sendiri. Para dokter dan pengobatan yang kita terima sesungguhnya hanyalah stimulan bagi proses kesembuhan kita. Tubuh kita sendirilah -melalui mekanisme imunitas tubuh, sel-sel darah putih dan organ-organ tubuh lainnya- yang bekerja mengatasi dan menyembuhkan penyakit kita.

Nah siapakah yang mengendalikan kerja sel-sel dan organ internal kita? Meskipun setiap individu sel dalam tubuh kita pada prinsipnya memiliki proses berpikir, tetapi keseluruhan harmoni atau keselarasan kerja setiap sel dikendalikan oleh pikiran bawah sadar kita. Apa artinya ini? Kalau kita bisa mengendalikan pikiran bawah sadar kita, berarti kita dapat sepenuhnya mengendalikan kerja setiap individu sel dalam tubuh kita untuk membangun tubuh yang sehat dan terbebas dari berbagai penyakit.

Tubuh Memiliki Mekanisme Penyembuhan Sendiri
Your body is a miraculous self healing mechanism built to look after anything that happens to it. Dalam bukunya Mind Power, John Kehoe menjelaskan bahwa tubuh kita sesungguhnya memiliki mekanisme untuk memperbaiki atau menyembuhkan dirinya jika ada sesuatu yang terjadi padanya. Pada saat tubuh kita terluka misalnya, sel-sel darah putih segera bergerak menuju bagian yang terluka untuk memerangi infeksi sedangkan sel-sel darah lainnya segera membekukan darah kita dan menutup luka tersebut. Semua sepertinya terjadi otomatis; kita tidak perlu melakukan apa-apa. Tubuh kita sepenuhnya siap dan mengetahui bagaimana memperbaiki dirinya.

Ketika kita makan, tubuh kita segera mencerna makanan tersebut dan mengambil sari-sari makanan untuk diubah menjadi energi yang diperlukan bagi seluruh bagian tubuh kita. Selanjutnya cairan getah bening mengangkut buangan dan sel-sel mati untuk diproses keluar dari tubuh kita. Semuanya terjadi otomatis, kita tidak perlu memikirkannya maupun mengendalikannya. Demikian pula kalau tangan kita patah. Apakah dokter yang menyembuhkannya. Bukan. Dokter hanya memperbaiki letak dan posisi tulang kita serta memasang ”gips” agar tulang kita tidak bergerak. Namun proses penyembuhan selanjutnya dilakukan oleh tubuh kita sendiri.

Jadi ketika kita atau anggota keluarga kita mengalami sakit yang cukup parah, kita harus meyakini bahwa tubuh kita sendirilah sebenarnya yang dapat menyembuhkan penyakit yang kita derita Kesehatan kita adalah tanggung jawab kita. Kita harus mengambil peranan yang aktif dalam kesehatan dan kesembuhan kita. Karena seperti dikatakan oleh Dr. Albert Schweitzer -- seorang dokter berkebangsaan Jerman, pemenang hadiah Nobel yang mengabdikan dirinya di Afrika – bahwa dokter sejati adalah dokter yang ada di dalam diri kita.

Penulis buku, Piece of Mind, Sandy MacGregor mulai mengenal dan kemudian mengembangkan manfaat kekuatan pikiran bawah sadar sesudah mengalami peristiwa kesembuhan anaknya dari sakit asma yang cukup parah melalui teknik relaksasi yang diajarkan oleh dokter yang merawatnya. Dokter itu tidak hanya mengajarkan untuk mengontrol rasa sakitnya, tetapi juga mengajarkan cara menyembuhkan dirinya sendiri.

Kisah Kesembuhan oleh Diri Sendiri
Berikut adalah kisah menarik yang mungkin dapat memberi kita inspirasi tentang betapa dahsyatnya kekuatan pikiran kita untuk menyembuhkan penyakit yang amat berat. Pengalaman ini diceritakan oleh Martin Brofman setelah memperoleh bimbingan tentang teknik pendayagunaan pikiran dari John Kehoe.

Ketika dia berusia tiga puluh empat tahun, dia divonis oleh dokter mengidap tumor otak yang sangat berbahaya dan telah memasuki stadium akhir. Dia diberitahu bahwa hidupnya tinggal 2 bulan sampai satu tahun lagi. Namun dia tidak menyerah dan bertekad untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Dia mulai melakukan meditasi dua kali sehari selama lima belas menit. Pada layar imajiner dalam pikirannya, dia memvisualisasikan tumor yang ada dalam otaknya. Setiap kali dia melakukannya, dia menggambarkan bahwa tumornya semakin hari semakin mengecil. Dia dapat membayangkan sel-sel kanker dihancurkan oleh sistem imunitas alami dalam tubuhnya. Dan dia dapat merasakan bahwa setiap dia pergi ke kamar kecil, sel-sel kanker yang mati tersebut dibuang dari tubuhnya. Demikian pula setiap dia merasakan sakit yang luar biasa, dia tidak berpikir bahwa sel-sel kankernya sedang bertumbuh dan menyerang untuk membawanya ke kematian, namun justru dia berpikir bahwa rasa sakit itu karena sel-sel kanker itu mengkerut dan semakin kecil dan semakin kecil.

Selain itu dalam keadaan meditasi dia selalu melakukan afirmasi, ”Every day in every way, I am getting better and better.” Dia senantiasa berpikir positif dan optimis. Setiap dia makan, dia selalu meyakinkan dirinya bahwa makanan yang dia makan memberinya energi dan membuat dia semakin sehat dan semakin sehat. Dan rasa cinta dari keluarga dan teman-temannya dia rasakan sebagai kekuatan untuk membantu proses penyembuhannya.

Dua bulan setelah dia memprogram ulang pikiran bawah sadarnya, dia memeriksakan dirinya ke dokter. Sang dokter sungguh terkejut ketika mengetahui bahwa tidak ada sisa tumor sama sekali dalam tubuhnya.

Prinsip-Prinsip Penyembuhan Diri
Setiap kita sesungguhnya dapat dan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan diri kita sendiri manakala kita menderita sakit yang cukup parah. Tubuh kita diciptakan lengkap dengan sistem dan mekanisme penyembuhan yang secara otomatis mengatasi setiap gangguan yang terjadi dalam tubuh kita. Namun seringkali justru pikiran kita sendiri yang memperparah kondisi penyakit kita. Berikut adalah sejumlah prinsip yang perlu kita perhatikan dalam rangka memelihara kesehatan dan untuk menyembuhkan diri sendiri.

1. Apa yang kita yakini itu yang terjadi
Dalam sebuah penelitian tentang efek plasebo terbukti bahwa apa yang kita yakini sangat mempengaruhi apa yang terjadi pada kita. Dalam penelitian itu sejumlah pasien diberi tiga perlakuan obat pengurang rasa sakit yang berbeda: obat ringan, placebo (bukan obat sesungguhnya), dan morfin dosis tinggi.

Pasien yang diberi placebo namun diberitahu bahwa itu morfin, ternyata merasa bahwa rasa sakitnya hilang. Sedangkan pasien yang diberi morfin namun diberitahu bahwa dia diberi obat ringan, lebih dari separuh masih merasakan sakit. Apa pun yang diyakini oleh para pasien justru lebih penting dari pada apa yang sesungguhnya terjadi.

2. Sikap kita menentukan kesehatan kita
Ketika pertama kali kita tahu bahwa kita mengidap penyakit, biasanya respon awal adalah panik. Pikiran kita kemudian menjadi lumpuh oleh ketakutan. Semakin parah penyakit kita, semakin takut kita jadinya. Menurut Wallace Ellerbroek -- seorang ahli bedah yang akhirnya menjadi psikiater – kita sering memandang penyakit sebagai makhluk asing yang memasuki tubuh kita, bukannya sebuah proses. Jika kita memandang penyakit sebagai suatu proses untuk menuju keseimbangan baru, maka kita dapat membantu proses penyembuhan itu sendiri. Kekuatiran dan harapan negatif kitalah yang menyebabkan penyakit itu. Dengan kata lain, orang-orang yang takut kena penyakit lebih berpeluang untuk terkena penyakit sebab tubuhnya terkena dampak dari ketakutannya sendiri.

3. Obat terbaik adalah tertawa
Kita tahu bahwa orang yang tertekan, selalu sedih dan berpikiran negatif lebih sering terkena penyakit daripada orang yang selalu riang dan gembira. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi mental yang penuh tekanan seperti: rasa bersalah, kegelisahan, kekuatiran, marah, dan ketakutan dapat menghalangi berfungsinya sistem kekebalan tubuh. Dalam penelitian medis baru-baru ini terbukti bahwa jika kita tertawa, tubuh kita mengeluarkan dua jenis hormon dari otak yang amat penting yaitu enkephalins dan endorphins yang dapat mengurangi rasa sakit, ketegangan dan depresi.

4. Berpikir sehat setiap hari
Setiap hari usahakan untuk meluangkan waktu beberapa menit mengisi pikiran kita dengan pemikiran tentang kesehatan dan kekuatan. Kirimkan pesan positif ke aliran darah, jaringan dan sel-sel tubuh kita. Bayangkanlah energi yang mengalir ke dalam tubuh kita. Rasakan bahwa tubuh kita adalah sebuah mesin yang dapat memperbaiki diri sendiri. Latihan ini merupakan penguat dan penyegar tubuh kita.

5. Lakukan afirmasi setiap hari
Setiap saat selalu katakan ”Every day in every way I am getting better and better.” Setiap hari saya semakin sehat dan semakin baik. Ingatkan diri kita bahwa tubuh kita dapat sembuh secara alami dan dapat memperbaiki diri sendiri. Afirmasikan senantiasa bahwa ”My body is a healing mechanism.”

6. Meditasi dan visualisasi
Salah satu cara mengatasi rasa sakit adalah dengan menggunakan warna. Rasa sakit adalah pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres atau tidak seimbang dalam tubuh kita. Jika kita terserang rasa sakit, anggaplah bahwa rasa sakit itu seperti warna merah. Pertama-tama, tingkatkanlah rasa sakit itu di pikiran kita dan bayangkan warnanya semakin merah terbakar. Bila kita dapat meningkatkan rasa sakit berarti kita juga dapat menurunkan intensitasnya. Kemudian bayangkanlah warna merah itu menghilang dan gantikanlah dengan warna favorit anda, misalnya biru, kuning atau hijau. Lihatlah dalam layar mental kita bahwa warna merah menghilang dan berubah menjadi warna baru yang menggantikan.

Setiap orang memiliki cara-cara sendiri untuk melakukan visualisasi dalam mengatasi penyakitnya. Yang pasti kita harus yakin dan disiplin secara rutin melakukan teknik visualisasi sampai penyakit itu hilang dari tubuh kita.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008