Senin, 22 Februari 2010

Industri-Industri Islam

Kalau kita buka lembaran-lembaran sejarah, industri dimasa Kejayaan Islam ternyata memiliki spectrum yang sangat luas. Donald R Hill dalam bukunya Islamic Technology: An Illustrated History (Unesco & The Press Syndicate of The University of Canbridge, 1986) membuat sebuah daftar yang lumayan panjang dari industri yang pernah ada dalam sejarah Islam, yakni industri mesin, bahan bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan hingga pertambangan dan metalurgi.

Alih teknologi dalam Islam berlangsung sejak abad ke-10 Hijriah. Dapat dilihat bahwa basis kemajuan dan perkembangan teknologi dalam peradaban Islam diperoleh dari peradaban Timur dekat pra Islam (Persia) dan Mediterania Timur (Romawi), dan diketahui pula alih teknologi di daerah itu serta di bagian dunia lainnya telah berlangsung sejak sebelum kehadiran Islam.

Namun terlihat bahwa selama periode tertentu, sebagian besar alih teknologi berlangsung dari Islam ke Eropa bukan sebaliknya. Dalam banyak hal, penemuan-penemuan Barat hanya dapat dipakai di Eropa Utara saja. Bajak beroda berat misalnya, hanya cocok untuk jenis tanah liat yang basah di daerah Eropa. Bandingkan misalnya dengan penemuan yang lebih universal dari Al Muradi pada abad ke-5 H tentang rangkaian roda gigi penggerak yang rumit dengan gir-gir bersegmen dan episiklus pada beberapa mesin.

Industri kertas yang menggabungkan pengetahuan kimia, material dan mesin bermunculan di dunia Islam setelah ada kontak budaya dengan Cina. Pada tahun 134 H (751 M), pasukan Islam memperoleh kemenangan yang menentukan atas Cina sehingga Cina menarik diri dari seluruh daerah Turkistan (daerah Xin Jiang sekarang). Beberapa buruh Cina yang ditawan dalam pertempuran itu dikirim ke Samarkand dan kota-kota Islam lainnya.

Sementara itu, penerimaan teknologi Islam oleh Eropa tercermin dari banyaknya kata-kata (mufradat) bahasa arab yang diturunkan menjadi kosakata bahasa-bahasa Eropa. Dalam bahasa Inggris kata-kata tersebur seringkali, tetapi tidak selalu, masuk melalui bahasa Italia dan Spanyol. Beberapa contoh: di bidang tekstil; muslin, sarsanet, damask, taffeta, tabby; di bidang kimia: alembic, alcohol, alkali,; di bidang kertas: ream,; dalam hal makanan: alfalfa, sugar, rice, syrup, sherbet; di bidang penyamakan kulit: saffron, kermes dsb.

Dapat diduga bahwa khususnya bahasa Spanyol sangat kaya dengan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab, terutama yang berkaitan dengan pertanian dan irigasi. Contoh: tahona untuk penggilingan, acena untuk kincir air dan acequia untuk kanal irigasi.

Pada waktu, industri permesinan yang paling maju adalah pembuatan alat-alat irigasi, yakni kincir-kincir otomatis bertenaga air. Namun industri ini juga menarik tumbuhnya industri konstruksi seperti pembuatan semen untuk konstruksi dam dan kanal, serta industri pertanian untuk mengolah hasil panen yang kemudian melimpah.

Industri irigasi menjadi perhatian utama di negeri-negeri Islam baik untuk air minum, wudhu, kebutuhan rumah tangga maupun pertanian pada umumnya. Ini berbeda dengan Eropa Utara yang relatif memiliki curah hujan yang tinggi dan banyak sungai. Alat irigasi yang pertama-tama dikembangkan adalah shaduf, yaitu semacam katrol pemberat dengan ember pada ujungnya untuk menaikkan air dengan mudah. Katrol ini masih digerakkan dengan tenaga manusia. Alat yang lain adalah saqiya dan noria (atau na’ura). Saqiya digerakkan dengan tenaga hewan (seperti keledai), sedang noria dengan tenaga air. Kedua alat ini sudah menggunakan roda gigi yang rumit.

Meski alat-alat ini sudah dikenal sejak sebelum kelahiran Islam, namun para Ilmuwan Islam telah menaikkan tingkat efesiensinya hingga lebih dari 60 %. Al Jazari, insinyur Muslim abad-5 H, mengembangkan lima jenis pompa air yang berbeda dari rancangan tradisional (sebelumnya). Saat ini, sisa-sisa saqiya mupun noria masih bisa ditemui di beberapa desa di Syria maupun Mesir, meski pompa listrik telah banyak menggatikannya.

Umat Islam benar-benar tekun mengembangkan industri bertenaga alam yang terbarukan seperti air atau angin. Mereka bahkan mengukur aliran sungai berdasarkan jumlah penggilingannya yang dapat diputarnya. Sebuah sungai biasanya dinyatakan dalam sekian daya giling (mill-power). Penggilingan pasang surut digunakan di Basrah abad ke-4 H, sementara catatan pertama penggunaannya di Eropa adalah 100 tahun kemudian.

Penggilingan biasanya didirikan di pinggir sungai terkadang pada penyangga jembatan memanfaatkan kecepatan aliran di tempat itu. Setiap propinsi Khilafah dari Spanyol, Afrika Utara hingga Turkistan di batas Cina mempunyai sejumlah penggilingan. Untuk melayani kota-kota besar diperlukan penggilingan gandum berskala besar pula. Di kota Naisabhur Khurasan misalnya; didirikan 70 penggilingan. Demikian juga di Palermo Sizilia, ketika kota itu dibawah pemerintahan Islam. Di dekat Baghdad, setiap industri penggilingan ini mampu menghasilkan 10 ton per-hari. Dan perlu diketahui, sepanjang sungai Efrat dan Tigris sejak dari kota Mosul dan Ar Raqqah hingga Baghdad berdiri ratusan penggilingan yang bekerja siang malam. Penggilingan bertenaga air juga dilaporkan Al Biruni dipakai untuk industri kertas, industri gula tebu dan pengolahan batuan yang mengandung emas.

Sementara itu di daerah yang minim air tetapi memiliki angin yang stabil, kincir angin menyebar menjadi sumber energi untuk industri. Pengembangan teknologi kincir angin dimuat jelas dalam kitab Al Hiyal karya Banu Musa bersaudara pada abad-3 H (9 M). tak heran bahwa Sejarawan Joseph Needham menulis; “Sejarah kincir angin benar-benar diawali oleh kebudayaan Islam”.


-dari berbagai sumber-

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008