Senin, 07 Desember 2009

Saat Bintang Meredup

Tak selamanya pahlawan berkubang dalam keemasan di setiap detik hidupnya. Bahkan mungkin hanya ada satu momen besar dalam hidupnya. Sisanya... berkisar kesedihan, jatuh, tertekan atau mungkin hidup yang datar saja. Karena itulah manusia. Hamba yang diciptakan Allah penuh dengan keluh kesah dalam hidupnya. Bila ujianNya berhasil dilalui layaklah dia menjadi bintang, atau paling tidak tergores namanya di sudut-sudut langit.

Seorang penulis terkenal misalnya. Dengan lentik-lentik jemarinya yang menari diatas tuts keyboard komputer, dia bisa merayu manusia menuju kebaikan, dia mampu kobarkan semangat jihad para pejuang, bahkan diapun dapat meruntuhkan jiwa-jiwa pendosa. Tapi, suatu ketika kelak mungkin, dalam hidupnya hamba hadir cobaan hingga jiwa yang begitu tinggi di mata pembaca menjadi lemah di hadapan seorang teman sejati. Naifkah?

Apakah kita hendak mengukur kehebatan pahlawan dari sisi manusianya? Bila kita memandangnya sebagai manusia, itu adalah sebuah kewajaran karena manusia adalah seorang hamba. Seorang yang kadar keimanannya bisa naik bisa turun.

Apakah kita hendak mengukur kehebatan pahlawan dari sisi ilmunya? Bila kita memandangnya sebagai seorang ulama, itu adalah sebuah kewajaran karena ulama adalah manusia. Makhluk yang bernama manusia yang adalah seorang hamba.

Dari sisi manapun pahlawan adalah manusia, hamba yang penuh dengan sisi-sisi kekurangan yang di bekali Allah SWT sebagai saudara dari kelebihan. Begitu pula dengan kadar keimanan makhluk yang jiwanya ada diantara jemari-Nya, mudah berubah.

Di balik itu dalam Al-quran disebutkan bahwa setiap muslim adalah bersaudara. Atau ada ungkapan di balik lelaki yang sukses ada seorang istri yang hebat. Intinya semua hasil tidak bisa terwujud hanya karena satu, diri. Apalagi tanpa melibatkan pemilik semesta. Selain Allah SWT, tempat memohon pertolongan dan berharap, hamba butuh seorang teman sejati yang mengingatkan ke mana harus berjalan menuju tempat pelabuhan hakiki. Sahabat sejati dapat berwujud suami/istri, orang tua, sahabat ataukah bahkan buku/ilmu.

Merekalah penyelamat saat bintang meredupi, saat lelah menyapa hingga saat kesedihan membunuhnya. Merekalah jiwa-jiwa yang diturunkah Allah sebagai tangan-tangan-Nya yang penuh kasih.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008