Senin, 07 Desember 2009

Maaf, Saya Ada Acara Dengan Anak & Isteri...

Setiap Sabtu dan Minggu adalah "Hari Ayah", maksudnya karena saya libur ngajar maka dua hari itu akan dikhususkan untuk pulang ke Pasuruan. Tidak hanya itu, sebagian pekerjaan rumah yang nyaris tidak pernah sempat saya sentuh di hari-hari kerja, seperti menyapu lantai, juga halaman depan dan mencuci popok; di sabtu dan minggu itulah menjadi ajang saya beraksi sebagai Ayah yang bisa diandalkan.


Tapi tidak dengan akhir pekan lalu, saya harus pergi setelah subuh meninggalkan si kecil yang masih terlelap, meninggalkan pekerjaan rumah yang menunggu. Padahal biasanya saya masih sempat untuk bersih-bersih, kalau pun tidak paling-paling seulas senyum penawar maaf terhaturkan kepada isteri tercinta. Saya pun pergi dengan langkah seringan awan.

Selepas zhuhur saya menelepon ke rumah untuk memastikan keluarga baik-baik saja, sekaligus meminta maaf ke isteri untuk pekerjaan yang tertinggal. "Aza baik-baik saja bi, kerjaan rumah selesai semua, pokoknya pulang tinggal istirahat aja..." kalimat yang terlontar dari isteri saya sepintas biasa saja. Tapi tidak dengan pendengaran saya, saya merasa ada getar ketidakrelaan saya pergi hari itu.

Saya tersadar. Menjadi suami kadang terlalu egois mementingkan urusannya sendiri, di saat yang sama terlupa memperhatikan kebutuhan dan kondisi isteri. Sejak senin hingga Jumat ia seharian di rumah dengan segunung pekerjaan rumah yang bahkan sampai malam pun tak habis-habisnya, berharap sabtu dan minggu ada yang membantunya meringankan beban pekerjaan. Tetapi yang diharapkan malah pergi untuk urusan orang lain dan meninggalkan kewajiban utamanya. Sejatinya, masalah saya hanyalah kurang memperhatikan kondisi hati isteri, mungkin saja hari itu ia benar-benar tengah banyak mengandalkan saya untuk di rumah. Kenyataannya, saya pun pergi.

Langkah saya yang seringan awan saat berangkat pagi tadi, sorenya seperti tersangkut bandul sebesar gunung yang menjerat kaki. Sungguh berat hati ini untuk menghadapkan wajah di depannya. Saya bisa membayangkan wajah cantiknya berubah kusut disebabkan ulah si kecil dan juga setumpuk pekerjaan yang saya tinggalkan.

Sampai di rumah, isteri saya sedang menyapu lantai. "Biarkan abi yang nyapu, ma...".

Minggu pagi, ada telepon yang meminta saya untuk hadir sebagai pembicara, dan..., "Maaf, saya ada acara sama anak & isteri saya hari ini", jawab saya. Aih, isteri saya pun tersenyum..^_^

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008