Sabtu, 26 Desember 2009

KHUTBAH IDUL FITHRI 1429 H

KHUTBAH IDUL FITHRI 1429 H
Oleh: Erryk Kusbandhono, M.Pd
(Khutbah ini disampaikan di Masjid Baitul Arqom Grati-Pasuruan)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ للهِ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ. اَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اَلَّذِىْ هَداَنَا وَأَنْعَمَنَا بِالإِسْلاَمِ وَأَمَرَنَا بِالْجِهَادِ وَنَوَّرَ قُلُوْْبَنَا بِالْكِتَابِ الْمُنِيْرِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلَّذِىْ بَلَغَ الرِّسَالَةِ وَأَدَّى اْلأَمَانَةِ وَنَصَحَ اْلأُمَّةِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ هَذاَ النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الله وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَءَامِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

Hadirin rahimakumullah…

Pada pagi ini, 1 Syawal 1429 Hijriah, alhamd kita masih dapat bersama-sama menyambut Hari Raya Idul Fitri. Artinya, bulan Ramadhan tahun 1429 Hijriah telah pergi meninggalkan kita. Sedihnya hati ditinggalkan oleh bulan yang sangat besar dan maha berkat itu. Bulan mulia, karena kitab Al-Qur’an diturunkan di dalamnya. Bulan yang dikurniakan Lailatul Qadar yang sangat besar nikmatnya. Bulan puasa yang telah menjadi tradisi pada setiap umat dahulu dan kemudiannya. Yakni, bulan yang digandakan pahala bagi setiap amalan kebaikan.

Sesungguhnya bulan Ramadhan itu sangat besar maknanya kepada kehidupan kita kaum Muslimin, karena di dalamnya penuh dengan ilmu, tarbiyah, falsafah dan hikmah. Walaupun ia telah pergi, namun ia meninggalkan kesan yang mendalam kepada kita. Sebab itu Allah jadikan bulan Ramadhan cuma sekali dalam setahun. Cukup membekalkan kepada kita keperluan hidup untuk setahun. Sebagaimana orang yang masuk kursus selama sebulan, maka hasilnya cukup untuk menampung keperluan selama satu tahun. Yakni, bilamana kursus itu dihayati betul-betul.

Bagi orang Mukmin, Ramadhan sangat penting dan di dalamnya mereka dapat mengambil tarbiyah, ilmu, falsafah dan hikmahnya, buat bekal hidup. Marilah kita berdoa supaya Allah panjangkan umur kita hingga bertemu dengan bulan Ramadhan tahun depan.

Allahu Akbar…3X, Walillaahil hamd.

Hadirin rahimakumullah…

Di antara kenangan manis yang ditinggalkan oleh bulan Ramadhan kepada kita ialah bertambahnya ilmu Al-Qur’an kita. Karena sebulan penuh kita membaca dan mengkaji isi-isi Al-Qur’an itu. Begitulah setiap kali Ramadhan datang, kita jadi rajin untuk membaca Al-Qur’an.

Mengkaji ilmu Al-Qur’an adalah bilamana kita benar-benar memahami bacaan-bacaannya. Membaca dengan faham, artinya dapat ilmu. Bila dibaca ulang, artinya menambahkan ilmu. Jadi kalau kita dapat berhadapan dengan Ramadhan, dapat pula membaca Al-Qur’an dengan faham, artinya kita sentiasa dapat menambah ilmu Al-Qur’an. Yakni ilmu yang tersurat dan tersirat. Segala macam ilmu dunia dan Akhirat.

Ilmu-ilmu itu di antaranya ialah ilmu aqidah yaitu keimanan dan keyakinan, ilmu hukum atau syariat, ilmu tasawuf dan akhlak, ilmu sejarah, ilmu psikologi, ilmu masyarakat, ilmu falsafah, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi, ilmu sains, ilmu kedokteran, ilmu manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.

Mana ada satu kitab suci yang dapat menggabungkan segala bentuk ilmu seperti Al-Qur’an melakukannya. Mana ada mahaguru yang dapat menggabungkan segala macam ilmu dalam satu kitab suci seperti yang Allah lakukan? Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kitab dari segala kitab bagi kaum Muslimin. Diturunkan oleh Mahaguru Yang Maha Besar melalui Rasul-Nya Muhammad saw. Sebab itu, bila Al-Qur’an diamalkan dalam kehidupan riil kita, maka Al-Qur’an menjamin keselamatan kita, baik keselamatan di dunia maupun di akhirat. Sedangkan ideologi-ideologi selain Al-Qur’an yang kelihatannya begitu bagus dan logis, terbukti bila diamalkan timbul berbagai macam masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Sungguh ilmu Al-Qur’an itu benar dan dapat membawa keselamatan kepada umat manusia. Bukan saja orang Islam yang diselamatkan, bahkan orang bukan Islam pun kalau menerima dan mengamalkan Al-Qur’an akan selamat di dunia. Namun karena mereka tidak beriman, tetaplah tidak selamat di akhirat kelak.

Hadirin rahimakumullah…

Demikianlah seharusnya yang terjadi kepada umat Islam di setiap Ramadhan setiap tahun. Yaitu bertambahnya ilmu Al-Qur’an dan meningkatnya kehidupan umat Islam dalam masyarakat kita. Namun kita sedih, karena apa yang sebenarnya terjadi bukanlah begitu. Bacaan Al-Qur’an kita di bulan Ramadhan tidak pun menambah ilmu dalam diri kita dan juga tidak pun meningkatkan perlaksanaan hukum Islam kita di dalam kehidupan keseharian.

Buktinya, seperti yang dapat kita saksikan dengan jelas, yang sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita ialah krisis akhlak & moral setiap hari semakin terkikis terutama di kalangan orang-orang politik, pembunuhan dengan adis masih merajalela, ekonomi kita belum bersih dari riba, penindasan terhadap rakyat kecil masih sering kita dengar & kita lihat di media massa. Pendidikan belum dapat melahirkan manusia yang beradab dan membangun.

Ukhuwah Islamiyah dalam satu negara atau antar negara belum begitu baik. Peperangan sesama umat Islam masih terjadi. Fitnah, mencaci-maki orang lain masih jadi budaya. Hidup nafsi-nafsi, hidup kasta-kasta dan kelompok-kelompok masih merebak. Tegasnya, kejujuran dan keadilan secara menyeluruh belum terjadi dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, Allah menimpakan bermacam-macam bala bencana dalam masyarakat. Bencana satu belum selesai, bencana yang lain datang lagi. Lihatlah firman Allah:

“Berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”

Keadaan umat Islam hari ini tiada jauh bedanya dengan orang bukan Islam. Bahkan dari segi kehidupan dunia, nyata sekali orang-orang bukan Islam diatas umat Islam. Sedangkan Allah berjanji bumi ini hendak diserahkan pada hamba-hamba-Nya yang sholih. FirmanNya:

“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zaabur, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang soleh.”(Al Anbiya: 105)

Tetapi mengapa janji Allah itu belum terjadi? Jawabnya ialah karena kita umat Islam tidak mengikuti petunjuk Al-Qur’an. Kita ambil kulit lahir dari Al-Qur’an tetapi tidak mengambil isinya. Kita baca dan kita hafalkan ayat-ayat Al-Qur’an tetapi kita tidak mengamalkannya. Sebab itu kita tidak menjadi pribadi Al-Qur’an. Akal, jiwa dan jasad kita tidak terbentuk oleh Al-Qur’an. Tetapi lebih dipengaruhi oleh sekulerisme. Sebab itu cara hidup kita lebih bersifat sekuler daripada bersifat Islam atau Qur’ani.

Sistem tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia memerlukan proses awal pembinaannya oleh orang-orang yang mau melakukannya. Sistem Al-Qur’an hanya terjadi dalam realita bilamana lahir ke dunia ini manusia–manusia Al-Qur’an bergerak. Yakni Nabi Muhammad saw bersama sahabat-sahabat baginda. Selagi Al-Qur’an tidak difahami bacaannya, juga tidak diamalkan dalam kehidupan, maka selama itulah kita akan hidup dalam suasana krisis, huru-hara, gelisah, maksiat dan mungkar. Dan juga berada dalam kemurkaan Allah SWT. Ingatlah firman Allah dalam surah Al Haj ayat 41:

“(Yaitu) Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Allahu Akbar…3X, Walillaahil hamd.

Hadirin rahimakumullah…

Pada Hari Raya ini, di samping kita menziarahi sanak saudara dan handai tolan, kita juga harus muhasabah diri. Karena diantara cara-cara mengisi Hari Raya ialah mengenang dan menilai kembali hasil yang kita peroleh dari bulan Ramadhan. Apakah kita mendapat apa yang sepatutnya kita dapat atau sebaliknya. Dari sana kita bisa tahu apakah kita layak bergembira di Hari Raya ini.

Tadi saya telah katakan bahwa sepatutnya di bulan Ramadhan, ilmu kita akan bertambah. Yakni ilmu Al-Qur’an yang kita baca. Yang mana dengan ilmu yang makin bertambah dan makin matang, perlaksanaannya pun makin halus, maka sepatutnya kita mendapat berkat yang banyak di bulan yang dikatakan bulan berkat itu.

Tetapi sedih sekali, karena apa yang sepatutnya terjadi, tidak terjadi. Kita tidak mendapat hasil yang patut didapat selama berpuasa Ramadhan.

Mengapa terjadi demikian? Mengapa ilmu tidak bertambah walaupun membaca Al-Qur’an? Mengapa pelaksanaan Islam tidak meningkat sedangkan sudah berkali-kali kita dilatih oleh Ramadhan? Mengapa akhlak umat Islam tidak berubah-ubah dari jahat kepada baik? Mengapa ukhuwah Islamiyah tidak terjalin? Bahkan krisis ekonomi makin menjadi-jadi. Mengapa kemungkaran masih merajalela, mencengkam dan mencekik kehidupan kita? Ya., mengapa dan mengapa segala persoalan negatif ini masih belum dapat diatasi? Sedangkan peranan Ramadhan ialah untuk mendidik manusia menyelesaikan semua masalah ini?

Hadirin rahimakumullah…

Tentu ada yang tidak beres dengan bacaan Al-Qur’an kita, dengan puasa dan mujahadah kita. Yakni dalam berhadapan dengan Ramadhan yang lalu. Mari kita mencari sebabnya. Supaya bila kita berhadapan dengan Ramadhan yang akan datang, yakni kalau Allah panjangkan umur kita setahun lagi, kita akan menghadapi dan menghayatinya dengan betul. Kita dapat memenuhi syarat-syaratnya dengan sempurna. Supaya bila kita nanti berhadapan dengan Ramadhan yang akan datang, kita akan menghadapi dan menghayatinya dengan betul. Kita dapat memenuhi syarat-syaratnya dengan sempurna. Supaya kita dapat menikmati ruh Ramadhan, bukan sekedar kulit lahirnya saja.

Jadi sekarang saya akan cuba menyampaikan sebab-sebab mengapa kita tidak mendapatkan hasil yang sepatutnya dari didikan Ramadhan:

1. Umat Islam banyak yang tidak membaca Al-Qur’an walaupun di bulan Ramadhan. Banyak pula yang membacanya tetapi oleh karena ianya dalam bahasa Arab, maka tidaklah difahami artinya. Sedikit sekali umat Islam yang berusaha membaca terjemahan Al-Qur’an dan tafsirannya. Sebab itu, banyak sekali umat Islam yang tidak ada pada mereka ilmu Al-Qur’an. Kalau ada, tidak pula bertambah-tambah ilmunya. Bila ilmu tidak ada, dengan apa umat Islam hendak tegakkan Islam? Sebagaimana orang yang hendak berperang tetapi tidak membawa senjata, bagaimana bisa menang?

2. Dalam hal puasa, umumnya umat Islam hanya tidak makan dan tidak minum. Yakni puasa lahir saja. Sedangkan batinnya tidak berpuasa. Akalnya tidak pun dijaga dari berfikiran jahat, hati atau ruhnya dibiarkan kotor dengan sifat-sifat yang tercela. Matanya dibiarkan liar, lidahnya ghibah, telinga dibuka lebar untuk mendengarkan hal-hal yang berbau maksiat. Sedangkan puasa batin ini sama pentingnya dengan puasa lahir. Maka kalau tidak dilakukan, artinya manusia itu tidak berpuasa dan tidaklah ada hasilnya. Maksiat pun terus menjadi-jadi. Rasulullah SAW bersabda:

“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.” (Riwayat An Nasa’i dan Ibnu Majah)

3. Sholat sunnah tarawih, banyak yang melakukannya tetapi tidak dengan khusyuk dan tawadhuk. Maka jadilah ibadah itu seperti pohon yang tidak berbuah. Artinya bertambah sholatnya tetapi tidak bertambah rasa kehambaan kepada Allah. Maka akhlak tidak berbuah.

Inilah dia tiga perkara penting yang perlu dilakukan di bulan Ramadhan, supaya ibadah kita benar-benar berkesan. Yakni, mencapai tujuan Ramadhan yang sebenar. Apakah tujuan yang dimaksudkan?

“Wahai orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang sebelum kamu, agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa”(Al Baqarah: 183)

Allahu Akbar…3X, Walillaahil hamd.

Hadirin rahimakumullah…

Taqwa adalah sumber bagi segala kekayaan. Kekayaan dan keselamatan dunia dan Akhirat. Memiliki taqwa artinya memiliki segala-galanya. Yakni segala kesenangan lahiriah dan batiniah. Orang bertaqwa, dengan kekayaan yang dipunyai, dia tidak bakhil. Orang bertqwa, dengan ilmu yang tinggi, dia tidak berlagak dan takabur. Orang bertaqwa, kalau miskin akan redha dan tidak hasad dengki. Demikian seterusnya.

Alangkah hebat dan bijaknya orang-orang yang memburu taqwa dalam hidup mereka. Karena taqwa mengatasi nilai pangkat, gaji besar, banyak harta dan lain-lain lagi. Taqwa adalah satu derajat tertinggi di sisi allah, yang kalau manusia memperolehinya, jadilah ia semulia dan seagung-agung manusia. Allah berfirman:

Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa. (Al Hujurat: 13)

Hadirin rahimakumullah…

Sifat kehidupan orang bertaqwa berbeda sekali dengan cara hidup mereka yang tidak bertaqwa. Bedanya bagaikan langit dengan bumi. Dengan adanya taqwa dalam diri pemimpin dan masyarkat, maka Allah akan datangkan pertolongan yang luar biasa. Hingga jadilah negara itu seperti yang Allah firmankan:

Negara yang aman makmur dan mendapat keampunan Allah.

Oleh karena itu dalam rangka kita ber-idul fitri ini, marilah kita berusaha semaksimal mungkin meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah yakni dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan berusaha menjauhi larangan-larangan-Nya serta senantiasa bermuamalah dengan sesama manusia dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan Allah SWT berkenan memberikan kita umur panjang, rajin beribadah, rezeki yang penuh berkah, ilmu yang bermanfaat dan semangat dalam ber-amaliyah akhirat.

Amiin, yaa robbal ‘aalamiin…

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ اْلأَمِنِيْنَ، وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ الْمُتَّقِيْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ، وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا. وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.


KHUTBAH 2
اَللهُ أَكْبَرُ ... X 7 اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ... اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين. اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وصَحْبِهِ وَسَلِّمْ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهُ أَكْبَرُ ... X 3 وَلِلَّهِ الْحَمْدِ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008