Senin, 30 November 2009

Untuk Para Ayah

Para Ayah, mungkin adalah orang-orang yang mempunyai konsekuensi jauh dari anak-anak. Ya, karena umumnya seorang ayah harus berada di luar rumah dalam waktu yang lama untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam hal mencari nafkah keluarga. Untuk para ayah yang bekerja di kota besar, pergi pagi -bahkan jauh sebelum matahari terbit- pulang larut adalah hal yang teramat biasa.

Sudah lumrah malah, ketika akan ke kantor anak-anak masih bergumul di peraduan, dan pada saat pulang pun ia mendapati anak-anaknya sudah jatuh di ujung lelap. Bahkan, salah seorang rekan kerja, seringkali berhari-hari tidak pulang untuk urusan pekerjaan yang harus diselesaikannya di kantor. Pertemuan dengan anak-anak mungkin hanya saat si ayah libur bekerja.
Berbeda dengan ibu -jika tidak bekerja- yang setiap hari bisa mengurus secara langsung buah hatinya. Mulai dari bangun tidur, memandikan, urusan makanan, hingga persoalan sekolah dan tetek bengek keperluan sang anak. Ibulah yang secara fisik berhubungan dengan mereka. Maka, tak heran anak cenderung lebih dekat dengan ibu, dan biasanya ibulah yang menjadi tempat curhat anak-anaknya ketika mereka dihadapkan dengan berbagai masalah.

Padahal, kedekatan ayah dan anak sungguh sangat diperlukan. Tanggung jawab ayah tidak hanya sebatas bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pemenuhan kebutuhan itu hanya sebatas pada fisik saja, tidak secara emosi. Anak-anak bukanlah robot, ia adalah manusia yang mempunyai hati dan jiwa. Anak-anak adalah amanah dari Allah SWT. Ia butuh kasih sayang, perhatian dan bimbingan. Jiwanya perlu pengarah. Hatinya tak akan kaya hanya diberi berlimpah materi. Ia butuh sentuhan dan kehangatan. Dan semua kebutuhan ini tidak boleh hanya dipenuhi dari ibunya saja. Peran ayah tidak kalah penting. Menurut para pakar psikologi keluarga, sosok ayah berpengaruh terhadap konsep diri sang anak kelak. Anak butuh keduanya. Sentuhan ibu dan didikan Ayah.

Tapi bagaimana dengan masalah waktu yang dimiliki sang Ayah? Jarangnya ayah di rumah tentunya mengurangi interaksi dengan mereka. Ini bukan alasan, hal tersebut bisa disiasati. Karena sesungguhnya, yang paling penting adalah kualitas pertemuan bukan hanya kuantitasnya. Ketika ada kesempatan berdekatan dengan sang anak, sebaiknya para ayah memanfaatkan waktu sebaik mungkin, menanyakan keadaan mereka, bermain-main, hingga membantu anak-anak mengerjakan PR atau hal sepele lainnya. Dalam kesempatan bertemu dengan mereka, ajarkan nilai-nilai dan akhlak yang baik.

Sesungguhnya kedekatan itu bisa dibangun dengan berbagai cara, tidak hanya secara fisik berdekatan dengan mereka. Toh, ketika mempunyai banyak waktu di rumah tetapi perhatian ayah hanya kepada urusan kerja, tentu tidak akan ada artinya. Jika ayah tidak bisa memantau perkembangan anak-anak secara langsung, ia bisa bertanya kepada istrinya, ayah bisa meluangkan waktu walau hanya sebentar untuk berkomunikasi entah melalui telpon, pesan sms atau fasilitas lainnya. Intinya ayah selalu tahu perkembangan anak-anak yang diamanahkan Allah kepadanya.

Dan ada yang jauh lebih bermakna. Dalam setiap sujud di waktu shalat, dalam keheningan sepertiga malam terakhir, dalam setiap waktu luang dan lengang, sempatkan menengadah pinta kepada Allah Yang Maha Kuasa, mengurai berbagai harap kepada Allah, tentang kebaikan sang anak. Membawa anak-anak dalam setiap doa, bisa jadi sebuah sarana pembangun kedekatan antara anak dan ayah yang paling indah.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008