Senin, 30 November 2009

Jangan Biarkan Cahaya itu Redup

Ketika anak bayi kita sedang tidur, tataplah sejenak wajahnya. Perhatikan dalam-dalam. Maka akan kita temukan padanya wajah yang teduh, bersih, tanpa beban, dan penuh kedamaian.

Tidur nyenyaknya tak akan terganggu, bila fisiknya sehat sempurna dan terpenuhi kebutuhannya. Cukup makan, cukup sandang, dan di tempat tidur yang nyaman bagaimanapun kondisinya. Melihat sosoknya, seakan menyiratkan sebuah kenyamanan hidup, ketenangan fikiran, dan kebersihan jiwa. Sungguh, hal yang demikian merupakan sebuah keadaan yang kita dambakan.

Saat anak sedang terjaga, lihatlah bening matanya, serta keceriaan wajahnya. Maka akan kita temukan di sana sebuah semangat hidup yang demikian membara, keyakinan diri akan kepastian masa depan yang membentang luas, dan ketundukan sikap kepada kehendak Sang Maha Pencipta.

Jiwanya yang masih suci, putih bersih laksana kertas kosong tanpa noda, siap merekam segala hal yang didengar dan dilihatnya, dan memutarnya kembali dalam kegiatan kesehariannya.

Fisiknya yang sedang dalam proses tumbuh kembang, siap melaksanakan segala titah yang diperintahkan oleh Sang Sutradara Utama pengatur dan penentu garis hidup kita.

Keingintahuan mereka akan segala hal yang baru, menunjukkan kepada kita semua bahwa hidup ini harus selalu diisi dengan perjuangan, semangat belajar, dan kerja keras.

Semua aspek kehidupannya, melahirkan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk lebih berhati-hati menjaganya, agar kesuciannya tak luntur oleh perjalanan waktu, dan tak terkotori oleh kesalahan pola asuh yang kita terapkan padanya.

Mereka adalah cahaya hidup kita, yang akan mengantarkan sebuah titik terang dalam kekalutan, karena tawa riangnya akan menjadi hiburan yang membukakan belenggu fikiran kita.

Mereka juga cahaya hidup kita, yang akan mengantarkan lahirnya semangat baru ketika diri kita sedang lemah, dan tidak memiliki semangat hidup, karena ada titipan amanah yang harus kita tanggung.

Dan mereka adalah cahaya hidup kita, bila kita mampu mengantarkan mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihah, karena kita orangtuanyalah yang akan membentuk dirinya. Hingga do'a-do'anya, akan mengalirkan pahala yang tiada putus walau kita telah tiada.

Rasulullah SAW ketika ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau menjawab : "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu", (HR. Ibnu Majah).

Karena itu, marilah kita berupaya menjadikan cahaya-cahaya itu tetap bersinar cemerlang, hingga dapat menerangi jalan hidup kita, dalam mempersiapkan diri, mencari bekal, untuk pertemuan abadi dengan Yang Maha Suci. Dengan cara, berusaha mendidiknya dengan baik, memilihkan teman yang baik, dan memberinya lingkungan hidup yang baik. Dan tidak membiarkan cahaya itu redup, oleh perjalanan waktu dan tambahnya usia.

Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a;yun waj'alnaa lilmuttaqiina imaaman (yaa Allah, karuniakanlah kepada pasangan-pasangan kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa). Amin.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008