Sabtu, 10 Oktober 2009

“Something So Right”

Itu judul sebuah film. Saya menonton di TV. Saya lupa kapan persisnya nonton film itu. Nama tokoh dan detail lainnya pun saya sudah agak lupa. Ceritanya begini. Ada seorang anak, umurnya sekitar sepuluh tahun. Sebutlah namanya Alex. Ayahnya seorang pemain Rugbi terkenal di Inggris, bertubuh tegap dan gagah. Alex sangat mengaguminya.

Suatu kali ayahnya mengalami ketidak-cocokan dengan ibunya. Mereka lantas memutuskan untuk berpisah. Ayah Alex pergi meninggalkan rumah. Alex sangat terpukul sekali. Ia berubah menjadi anak yang aneh; pendiam, pelamun, tidak ada gairah hidup, depresi berat, dan berbagai penyakit psikis lainnya.

Ibunya benar-benar sedih melihat putra semata wayangnya berubah seperti itu. Para guru di Sekolahnya resah. Mereka lalu berembuk, apa yang harus diperbuat; kejiwaan Alex harus segera disembuhkan sebelum dia melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka semuanya sependapat bahwa Alex membutuhkan figure seorang ayah yang bisa dijadikan idola.

Atas saran dari Kepala Sekolahnya, Ibu Alex lantas menghubungi Perkumpulan Bapak Asuh, sebuah lembaga yang memperkerjakan para pria dewasa untuk mendampingi dan menemani anak-anak yang bermasalah dan yang kehilangan figure ayah. Akhirnya, Ibu Alex minta bantuan kepada lembaga itu. Seminggu kemudian, datanglah Pak Thomas tuk menjadi Bapak Asuh bagi Alex.

Pak Thomas sebaya (sama umur) dengan Ayahnya Alex. Akan tetapi, ia tidak segagah dan setampan Ayah Alex. Ia juga tidak bisa bermain Rugbi seperti ayahnya. Karena itulah Alex tak menyukai dan membenci Pak Thomas. Ia agaknya meremehkan Bapak Asuhnya itu. Tidak jarang Pak Thomas malahan jadi bulan-bulanan kenakalan Alex.

Namun, Pak Thomas orangnya sabar dan telaten. Walaupun begitu, Pak Thomas tetap mengasihi dan menyayangi Alex. Setiap hari Pak Thomas selalu menyempatkan waktunya untuk mengantar dan menjemput Alex dari Sekolahnya, menemani serta mendengarkan keluh kesahnya. Pak Thomas tidak pernah lupa saat-saat penting dalam hidup Alex. Ketika Alex ulang tahun pun, Pak Thomas lebih dahulu mengucapkan selamat ultah daripada ibunya. Ketika Alex lagi sedih dan dapat masalah, Pak Thomas-lah yang senantiasa disisinya. Akhirnya hati Alex pun luluh. Alex menyadari, bahwa sungguh betapa besar cinta kasih Pak Thomas.

Adegan terakhir dalam film itu; di sebuah taman, Alex berlari memeluk Pak Thomas erat-erat. Lalu Pak Thomas mengangkatnya tinggi-tinggi. Mereka tertawa bahagia. Tidak ada lagi jarak diantara mereka berdua.

Sungguh, betapa dasyatnya kekuatan cinta kasih itu. Bahkan hati sekeras batu karang pun akan luluh karena cinta dan kasih.

Maka, jangan kecil hati kalau kita tidak sepandai orang lain, tidak semenarik orang lain, tidak segagah dan setampan orang lain. Namun, marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memberikan cinta kasih yang terbaik bagi orang lain.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008