Selasa, 22 September 2009

Menikah Bukan dengan Angan-Angan

Memang sah-sah saja kita memiliki idealisme, termasuk idealisme tentang kriteria pasangan hidup. Sayangnya, kebanyakan kita menyangka bahwa sebuah idealisme dapat turun begitu saja dari langit dan menjelma di hadapan kita. Padahal dengan demikian idealisme kita itu akhirnya malah menjadi angan-angan belaka. Idealisme tentang apapun tidak akan terwujud menjadi kenyataan jika tidak diperjuangkan.

Banyak yang beranggapan bahwa dengan menikahi seorang aktifis dakwah atau seorang perempuan jilbaber semua urusan menjadi beres, kehidupan rumah tangga menjadi penuh bunga harum semerbak mewangi, tidak ada kerikil apalagi ombak, pokoknya indah seperti yang dilukiskan dalam buku-buku. Angan-angan itu akan membuat kecewa.

Ya, sebabnya adalah seperti kata pepatah, “tak ada gading yang tak retak” atau “nobody's perfect” (tak ada orang yang sempurna). Tidak ada manusia yang ma’shum (terjaga dari salah dan dosa) kecuali Rasulullah saw. Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada manusia yang pada dirinya hanya terdapat kelebihan saja, sebagaimana juga tidak ada manusia yang di dalam dirinya hanya ada kekurangan.

Rumah tangga bahagia yang menjadi syurga bagi penghuninya adalah idaman setiap orang. Tetapi ia akan sekadar menjadi angan-angan bila tidak ada upaya dan perjuangan dari kedua belah pihak -suami-istri- untuk mewujudkannya. Begitu pula halnya dengan keinginan memiliki dan menjadi pasangan ideal yang diidamkan. Ia pun hanya menjadi angan-angan selama kita tidak berusaha memprosesnya menjadi kenyataan. Oleh sebab itu, pernikahan sebenarnya merupakan ladang amal dan jihad bagi orang-orang yang menjalaninya.

So, Jangan menikah dengan angan-angan...

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008