Rabu, 30 September 2009

Jujur

Waktu kecil saya pernah mendengar pepatah, “Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana.” Ibu saya juga sering menasihati, “Jadi orang itu harus jujur, harus bisa dipercaya orang lain. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk dirimu juga. Supaya hidupmu lebih mudah.”

Lalu saya mencoba jujur. Paling sedikit, tidak terlalu menyimpang dari nilai-nilai kejujuran yang saya anut. Kalau saya tidak menyetujui sesuatu, saya katakan itu. Kalau saya tidak menyukai sesuatu atau seseorang, saya ungkapkan itu entah lewat sikap atau melalui ucapan. Saya pikir, suka atau tidak suka itu toh hak setiap orang, tidak dapat dipaksakan. Asal tidak dengan niat jahat. Demikian juga kalau saya sedang dalam pergulatan batin mengenai sesuatu, saya tidak sungkan untuk menampakkannya. Sampai-sampai pernah ada seorang teman yang bilang bahwa saya ini terlalu transparan.

Tetapi apa yang saya dapatkan ? Justru berbagai benturan. Saya malah banyak berkubang dalam kesulitan. Sebab ternyata tidak semua orang siap dan senang menerima ketidaksetujuan orang lain. Apalagi kalau itu datangnya dari yang lebih muda atau bawahan, malah dianggapnya sebagai keras kepala atau pemberontakan. Tidak semua orang siap dan mampu menerima sikap tidak suka dari orang lain. Mereka mungkin lebih senang menerima senyum di bibir atau anggukan menghormat sekalipun palsu.

Repotnya lagi, tidak semua orang siap dan bisa mendengar pergulatan batin orang lain dengan hati bersih, pikiran yang dewasa dan niat yang baik. Malah tidak jarang mereka memakainya sebagai senjata untuk menghakimi dan menuntut.

Jujur ternyata memang tidak cukup. Perlu juga diiringi sikap bijak. Kejujuran tanpa kebijakan sama dengan kebenaran tanpa terkonsep (kehancuran). Jujur dan bijak, seperti juga benar dan terkonsep, adalah dua sisi dalam satu mata uang yang sama. Yang satu dan yang lain tidak boleh di abaikan.

Yaa Robb, karuniakan kepada saya bukan saja sikap jujur, tetapi juga sikap bijak. Supaya kejujuran saya ini tidak justru membuat orang lain menjadi sedih dan berdosa. Sebab kalau itu terjadi, di situ pun saya telah berdosa. Aamiin……

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008