Selasa, 14 Juli 2009

Cinta & Waktu

Al-kisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada Cinta, Kekayaan, Kecantikan, Kesedihan, dan Kegembiraan. Awalnya, mereka hidup berdampingan dengan baik dan saling melengkapi satu sama lain.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu, dan air laut tiba-tiba naik semakin tinggi dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama kemudian, Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu; “Kekayaan, Kekayaan! Tolong aku!...” teriak Cinta. Lalu apa jawab Kekayaan; “Aduh! Maaf, Cinta!”, kata Kekayaan lagi; “Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi meninggalkan Cinta.

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan!.. Tolong aku!..”, teriak Cinta. Namun apa yang terjadi, Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tuli tak mendengar teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik!! Tak lama kemudian, lewatlah Kecantikan...

“Kecantikan!...Bawalah aku bersamamu!”, teriak Cinta dengan bahagia. Lalu apa jawab Kecantikan; “Wah maaf, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut bersamaku. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini!..”, sahut kecantikan dengan ketus. Cinta sedih sekali mendengarnya. Cinta mulai menangis terisak-isak. “Apa kesalahanku, mengapa semua orang melupakan aku!!...”.

Saat itu lewatlah Kesedihan. Lalu Cinta menghiba; "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu”, kata Cinta dengan menangis. Lalu apa kata Kesedihan; “Maaf Cinta, bukannya aku tak mau bersamamu. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja!...”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Cinta terus berharap kalau dirinya dapat diselamatkan. Lalu ia berdoa; “Oh Tuhan, tolonglah aku, apa jadinya dunia tanpa aku, tanpa Cinta???...”

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta!!... Ayo cepat naik ke perahuku!!..”, Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang yang tua berjanggut putih panjang sedang mengayuh perahunya. Lalu cepat-cepat Cinta dengan hati bahagia naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Kemudian di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar, bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang baik hati yang menyelamatkannya. Cinta segera menanyakannya kepada penduduk di pulau itu; “siapa sebenarnya orang tua baik hati itu?”.

“Oh, orang tua tadi?, Dia adalah “Waktu”, kata orang itu. Lalu Cinta bertanya; “Tapi, mengapa ia menyelamatkanku???.. Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku”, sergah Cinta keheranan. “Sebab”, kata orang itu,; “hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilainya harga sebuah Cinta itu…”

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008