Minggu, 13 November 2011

Kedamaian

Setiap orang merindukan kedamaian dalam hidupnya. Apalah artinya, seandainya kita memiliki dunia seisinya kalau dalam hidup kita tidak ada kedamaian; kita akan merasa hampa, tidak ada ketenteraman dalam bathin kita, tidak ada kebahagiaan dalam menjalani hidup ini.

Lebih baik kita menjadi orang yang biasa-biasa saja; tidak sementereng atau sehebat orang lain, tetapi dalam hidup kita dilimpahi kedamaian dan kebahagiaan. Bisa saja masalah tetap ada, kesulitan juga juga tetap harus kita hadapi, tetapi kita tidak akan kekurangan rasa syukur , hidup kita pun terasa ringan.

Kedamaian itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan. Seumpama pohon, ia perlu ditumbuh-kembangkan, dipupuk dan dipelihara. Salah satu caranya adalah dengan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu ketenteraman hati kita, yang membuat kita tidak bisa menjalani hidup dengan rasa syukur dan sukacita. Dalam hal ini, saya singkat penyakit hati itu dengan; AIDS.

1. Arogan

Merasa diri paling hebat, paling baik, paling mampu, paling benar. Menganggap keberhasilan yang dicapai sebagai hasil karya dan usaha pribadi. Lupa, bahwa betapa pun kerasnya usaha manusia, ia tetaplah makhluk yang lemah dan fana; berasal dari tanah dan pada akhirnya akan kembali menjadi tanah.

Keberhasilan yang kita capai adalah buah dari usaha kita dengan (tentunya) pertolongan dan izin Allah. Kita tidak dapat hanya menanti pertolongan Allah tanpa ikhtiar apa-apa. Akan tetapi, kita juga tidak dapat hanya mengandalkan usaha kita semata tanpa pertolongan Allah. Arogansi adalah awal kehancuran; baik material, moral maupun spiritual. Maka dari itu, jauhilah sifat takabbur ini.

2. Iri hati.

Tidak puas dengan apa yang ada dan dimiliki, melihat orang lain lebih beruntung, hidupnya lebih enak, dan lebih segalanya dari kita. Itulah yang disebut iri hati. Mungkin, kita melihat seseorang yang dari luarnya tampaknya bahagia, tidak ada kesulitan dalam hidupnya, dan tidak kurang apapun,. Akan tetapi, kalau kita lihat lebih dekat, selama nyawa masih di kandung badan, setiap makhluk Allah yang hidup didunia ini pastilah mempunyai problemnya masing-masing.

Sikap yang terbaik adalah menerima dan menjalani hidup kita apa adanya. Tidak perlulah kita ingin menjadi sepreti orang lain, iri hari dengan kehidupan orang lain. Sebab keluarga kita, diri kira, bahkan dunia kita tidak kalah indahnya kok, disbanding dengan apa yang ada pada orang lain. Karena itu, marilah kita menikmati hidup dengan rasa syukur.

3. Dendam.

Rasa sakit hati yang terus kita ingat, ibarat kerikil dalam sepatu kita; akan mengganggu sekali. Ada sebuah kisah menarik antara seorang ibu dengan anaknya. Suatu hari, sang ibu menyuruh anaknya agar menaruh kentang dalam sakunya pabila ia merasa sakit hati terhadap orang lain. Satu hari, dua hari dan tiga hari, kentang yang disakunya itu mengeluarkan bau tak sedap (membusuk).

Lalu, sang anak berkata kepada ibunya; “Bu, saya sudah tidak tahan membawa kentang busuk ini. Bolehkah saya buang?”. Ibunya menjawab; “Nak, begitu juga kalau kita membawa rasa sakit karena dendam kesumat dalam hidup kita. Itu sama dengan membawa kentang busuk. Menyusahkan diri sendiri. Maka memaafkan, membuang dendam adalah pilihan yang paling baik; bukan untuk siapa-siapa, melainkan untuk diri sendiri.

4. Sembrono.

Sembrono dalam bersikap dan bertindak, sembrono dalam berkata-kata, sembrono dalam mempergunakan waktu, tenaga, dan segala apa yang kita miliki. Semua itu hanya akan menciptakan keruwetan dalam hidup ini.

Kesembronoan ibarat sebuah jebakan; yang pada akhirnya akan menjerumuskan kita pada kehidupan yang tidak nyaman dan tidak tenang. Tidak sedikit persoalan yang dibuat, atau ditambah menjadi lebih sulit karena kesembronoan kita.


Allahumma a’innaa ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika
Ya Allah, tolonglah kami agar senantiasa berdzikir dan selalu bersyukur kepada-Mu.
Serta baguskanlah ibadahku untuk-Mu, ya Allah. Amin…

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008