Jumat, 13 Agustus 2010

Ketulusan dalam Kesederhanaan

Perempuan tua itu tampak bermenung, menunggui kios bensinnya yang sepi ketika seorang pemuda keren dan trendi menghampiri sambil menuntun motornya. Setelah bercakap-cakap sejenak, si ibu mengambil jerigen bensinnya dan mengisi tangki motor pemuda itu. Gratis! Tanpa bayar. Lalu,tiba-tiba muncullah serombongan crew TV bertanya kepada perempuan tua itu dan memberi hadiah uang 2 juta karena kebaikannya!

Anda seperti pernah melihat fragmen di atas, kan? Mungkin saja. Karena cerita tersebut saya ambil dari tayangan sebuah reality show di salah satu stasiun televisi. Saat menonton fragmen yang pertama, saya pun berandai-andai, apa kira-kira yang akan saya lakukan jika saya ada dalam posisi si perempuan tua itu? Mungkin saya aka npikir-pikir dan memandangi si pemuda itu dari atas sampai bawah, kemudian bertanya, "Kok bisa pemuda sekeren ini tidak punya uang?"

Teman, kadang paradigma dan ilmu yang ada membuat kita melakukan penyaringan, bukan hanya terhadap keburukan, tetapi juga ketika hendak melakukan kebaikan. Melihat dulu alasannya, untuk apa dan mengapa kita harus dan tidak harus melakukan sesuatu, bahkan ketika sesuatu itu adalah menolong orang lain yang tampak sedang dalam kesulitan.

Kemudian saya membandingkan sikap saya dengan mereka yang dalam tayangan itu menolak permintaan tolong itu karena berbagai alasan. Seorang gadis menolak mengantar ibu tua ke seberang jalan karena dia sedang tergesa-gesa dan tidak searah dengan si ibu. Seorang pemuda menolak meniupkan balon bagi sesosok bocah kecil karena ia mengatakan sedang puasa, takut tidak kuat.

Lantas? Apakah salah bila kita menolak untuk membantu seseorang karena kita punya 'keperluan lain'? Jawabnya; tidak. Sah-sah saja kita menolaknya. Tak selalu salah mengambil keputusan untuk menolak orang lain karena kita sibuk dll.

Seorang laki-laki dengan kaki cacat dan mata buta sebelah, mengayuh gerobak khususnya dengan tangan, berkeliling menjual minyak tanah. Ketika seorang nenek dengan kompor di tangan minta minyak yang menjadi sandaran hidupnya itu untuk memasak, ia tanpa banyak kata memberi dengan senyum terukir di wajahnya. Bahkan ketika si nenek juga minta tolong ia membenahi sumbu kompor dan menutupkan kembali, ia pun mengerjakannya tanpa tampak keberatan sedikit pun.

Seorang kakek tua tukang becak dengan senang hati mengantar perempuan hamil tua ke rumah sakit tanpa bayar, padahal jalanan menanjak dan jarak yang ditempuh cukup jauh.

Fragmen-fragmen diatas memberi banyak pelajaran kepada kita bahwa menolong orang lain kadang tidak perlu bertanya mengapa mesti menolong. Betapapu nsederhana cara berpikir dan keseluruhan hidup orang-orang 'biasa' diatas, mereka memiliki ketulusan yang luar biasa. Meski, terkadang Reality Show tersebut ada 'skenario' dari produsernya untuk menarik perhatian penonton-nya.

Semoga kita senang dan ringan tangan untuk menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan kita...^_^

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008