Jumat, 23 Juli 2010

Senyum Sejuta Nikmat

Umur anak saya sekarang 11 bulan-an, saya sangat merasakan, betapa banyaknya penyakit yang ia derita. Demam, mencret, perut kembung, masuk angin, sariawan, gatal-gatal, batuk dan banyak lagi penyakit yang terkadang saya susah menyebutnya satu persatu.

Penyakit-penyakit tersebut silih berganti, seolah seperti rotasi bumi yang tiada henti. Ibu Mertua saya sering menghibur, kalau anak saya menderita salah satu penyakit tersebut. “Wajar saja, anak kecil memang begitu. Apalagi pada umur di bawah satu tahun. Itu dialami siapa saja.”

Kalimat itu memang mujarab bagi saya. Sehingga setiap kali ada penyakit yang bersarang, saya agak terhibur. Minimal mengingatkan kepada saya, bahwa penyakit tidak hanya menyerang anak saya, tapi anak siapa saja di muka bumi ini. Termasuk anak dokter ‘spesialis anak’ sekalipun.

Namun, beberapa hari yang lalu, saya dan istri saya sempat dibuat panik. Saya mengira bahwa ia hanya terserang sariawan biasa. Yang satu hari bisa sembuh. Tapi ternyata tidak. Sariawan itu terus berkembang di mulut buah hati saya sampai ia tidak bisa menyusu karena sakit.

Saya berusaha mencari obat. Seperti biasa, saya upayakan obat-obat dengan resep tradisional dulu. Maklum orang kampung, jadi saya tidak bisa melepaskan resep-resep dari orangtua. Tapi belum juga sembuh. Saya bawa ke bidan desa, dikasih beberapa obat, masih tetap juga.

Masya Allah, sudah satu hari lebih ia selalu menangis. Malamnya juga begitu. Ia lapar dan mau menyusu, tapi setiap kali bibirnya menyentuh botol, ia menangis karena sakit.

Saya bingung. Istri saya juga bingung. Akhirnya, si kecil, saya serahkan ke Mbah Umi-nya. Ibu Mertua saya (mbah umi) teringat kalau dalam lemari buku ada sebotol air zam-zam yang dikasih paman ketika pulang haji tahun lalu.

Dengan beberapa sendok air zam-zam dan doa-doa khusus, Mbah Umi mulai berusaha menghentikan tangis cucunya. Syukur Alhamdulillah, Allah mengabulkan permintaan kami. Si buah hati berhenti menangis & mulai bisa tidur pulas.

Beberapa jam setelah itu, anak saya bisa menyusu kembali. Ia sudah bisa mulai tersenyum, sesuatu yang sangat berat untuk dia lakukan sejak dua hari terakhir. Saya ikut tersenyum dan istripun ikut senyum. Kami menikmati senyum yang luar biasa waktu itu. Seandainya ada orang yang mau membeli satu juta atas senyum kami, pasti tidak mungkin akan kami jual.

Ya Allah, betapa nikmatnya senyum kami waktu itu. Saya merayakannya bersama anak dan istri. Kami merasakan betapa nikmat senyum yang diberikan oleh Allah, setelah kehilangan beberapa hari.

Itu hanya sariawan yang dialami anak saya. Namun hampir-hampir kami kehilangan nikmat Allah lainnya yang tak ternilai harganya yaitu nikmat iman & islam. Maka dengan itu, saya dan istri diberi pelajaran lagi oleh Allah, pelajaran tentang kesyukuran atas apa-apa yang diberikan kepada kami semua. Termasuk nikmat senyum. Sebab, ternyata betapa sakitnya orang yang tidak bisa tersenyum itu..^_^

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008