Senin, 05 Juli 2010

Rezekimu Adalah Doa & Harapan Keluarga

Bagi seorang isteri; siapapun suaminya ada sebuah harapan untuk dapat bergantung kepadanya. Semua juga mengetahui, tidak ada sumber bergantung selain Allah, namun Allah juga memberikan kita amanah anak dan isteri sebagai bentuk perpanjangan tangan-Nya untuk memberi rezeki dari tangan para suami.

Segala do'a dipanjatkan para isteri di rumah-rumah mereka. Semua keprihatinan mampu ditelannya bahkan kadang dengan terus 'menjunjung tinggi' martabat suaminya.

Saya teringat sebuah hadits bahwa di dalam rezeki kita ada rezeki orang-orang dhuafa di sekitar kita. Bukankah anak dan isteri termasuk orang-orang lemah di sekitar para suami? Bukankah do'a dan harapan mereka atas kepulangan suami dan ayahnya begitu besar?

Benar bahwa rezeki di tangan Allah dan jika rezeki itu telah sampai ke tangan kita, bukankah itu pengingat bahwa berapa pun hasilnya, ada hak-hak yang harus kita tunaikan dengannya?

Bagaimana jika di setiap keping rezeki kita tidak ada do'a dan dan harapan orang-orang lemah? Bukankah keberkahannya akan berkurang?

Sekali lagi...

Isteri adalah manusia yang menyandarkan hidup pada kasih sayang suami, dan ia manusia biasa yang bisa sedikit demi sedikit terpupus kepercayaannya. Hak dan kewajibannya semestinya dipenuhi para suami dengan imbang. Sungguh, ini bukan hanya masalah memberi uang belanja, bukan melarang para suami memberi untuk orang lain dan menunaikan kebaikan-kebaikan lain dengan hartanya. Sungguh, ini bukan masalah uang. Ketidakseimbangan bisa berwujud perhatian lain meski sekadar bertanya tentang betapa letihnya seorang isteri, misalnya.

Maka benarlah bahwa adil mendekati takwa. Maka benarlah bahwa sebaik-baik kita adalah yang paling baik pada keluarganya. Sebab isteri dan anak-anak kita belajar dari apa yang kita lakukan. Menyedihkan jika dalam sebuah rumah-tangga berlaku aturan: kalau hak saya nggak diberi maka saya akan merampasnya! Maka wahai para suami, sesungguhnya dalam rezekimu ada do'a dan harapan istri dan anak-anakmu.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008