Jumat, 18 Juni 2010

Kekuatan Itu Dari Allah Semata

Dunia merupakan tempat kehidupan yang sangat keras. Di sana, manusia berlomba-lomba mencari isi perut tanpa menghiraukan kanan-kiri. Mereka berpacu mengejar pangkat dan jabatan walaupun harus menginjak bawahan. Mengumpulkan kekayaan tanpa batas seakan hidupnya akan abadi.

Dan, di tengah-tengah mereka, kita -yang merasa memikul amanah da'wah- juga harus berpacu sekuat tenaga mengejar langkah-langkah mereka sambil menawarkan Al-islam. Menebarkan rahmat dan beramar ma’ruf nahyi munkar. Memang akan terasa lelah dan letih dalam proses ini, karena jalan da'wah merupakan jalan yang sangat panjang. Belum lagi sikap mereka -yang kadang- apatis dan bermuka masam. Juga, di sana ada sekelompok orang yang tidak suka, menghadang laju pertumbuhan da'wah dengan berbagai cara. Menyebar fitnah, meneror, boikot sosial sampai mungkin masuk dan merambah ke daerah fisik. Melukai, menganiaya sampai percobaan pembunuhan.

Ya, lihat saja perjuangan Rasulullah saw beserta para sahabatnya yang penuh dengan kisah-kisah heroik dan perjuangan, yang senantiasa dihiasi dengan rintangan dan ujian. Semuanya patut kita jadikan sumber inspirasi bagi penyebaran da'wah di muka bumi ini. Karena di sana tersimpan mutiara-mutiara sirah sebagai sunnatullah da'wah yang harus kita fahami bersama.

Sungguh apabila manusia hanya mengandalkan kekuatannya saja dalam memikul amanah da'wah ini, niscaya ia tak kan sanggup melakukannya. Jangankan manusia, gunung saja yang kita anggap berkekuatan besar apabila diturunkan kepadanya al-quran, maka ia pasti akan hancur.

Allah SWT berfirman, "Kalau sekiranya kami menurunkan al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." (QS Al-Hasyr: 21).

Di sinilah setiap da'i perlu berhenti sejenak, merenungkan lagi perjalanannya selama ini, mengevaluasi hasil-hasilnya dan masalah-masalah yang selalu menjadi penghias jalan da'wah.

Seorang da'i sangatlah memerlukan kekuatan tambahan yang mendorong dan menopangnya sehingga ia tetap mampu berdiri kokoh di jalan da'wah. Kemenangan da'wah bisa tercapai dengan tiga kekuatan: kekuatan aqidah, kekuatan ukhuwwah dan kekuatan senjata.

Seorang da'i yang akidahnya mantap, pada waktu itu ia tidak akan merasa lemah ketika berhadapan dengan musuh dan rintangan-rintangan da'wah karena ia telah menyandarkan dirinya pada kekuatan hakiki, dzat yang menggenggam segala urusan.

Bagaimanapun bentuk dan betapapun besar rintangan da'wah, ia pasti dapat melewatinya dengan mulus. Mungkin kita masih teringat dengan kisah perjuangan Bilal bin Rabah, ketika ia disiksa di padang pasir yang panas, dicambuk dan ditindih dengan batu besar. Waktu itu ia hanya berucap, "Ahad, Ahad, Ahad". Atau Zaid bin Haritsah yang ikut bersama Rasulullah ke Thaif dan pulang dengan dilempari batu serta cacian dan makian, sehingga kaki baginda Rasulullah pun terluka dan mengucurkan darah. Waktu itu, bukan sumpah serapah yang keluar dari bibir Rasulullah, bukan juga laknat dan do'a azab, akan tetapi untaian do'a rahmat dan maghfirah yang justru meluncur dari kedua bibirnya.

Dengan kekuatan dari Allah dan tawakal kepada-Nya, seorang manusia biasa tiba-tiba saja akan memiliki kekuatan yang berlipat ganda. Inilah yang kita perlukan. Amunisi-amunisi da'wah yang bersumber dari Ilahi. Maka tidaklah mengherankan bila para sahabat di waktu siang seperti singa dan di waktu malam seperti "rahib". Tangisan-tangisan mereka di malam hari ketika membaca untaian firman Allah sungguh telah menjadikan mereka pribadi-pribadi tangguh. Sujud-sujud mereka yang lama dalam qiyamullail menjadikan mereka berwibawa dan disegani di mata kaum kuffar.

Sekali lagi, hanya dengan kekuatan Ilahiyah lah kita dapat membawa amanah da'wah ini. Shalahudin Al-Ayyubi, pernah berkata ketika memeriksa pasukannya di malam hari dan menemukan kemah-kemah mereka bercahaya karena diisi dengan qiyamullail, "Jika kita menang dalam perang ini, maka sesungguhnya kemenangan tersebut datangnya dari sini", sambil kemudian tangannya menunjuk pada orang-orang yang sedang melaksanakan shalat tersebut.

Umar bin Khattab ketika memberikan wejangan kepada pasukan islam, ia berkata, "Sesungguhnya kalian tidak akan menang dengan kekuatan dan perbekalan kalian, akan tetapi kemenangan itu akan datang karena ketaatan kalian kepada Allah dan kedurhakaan mereka terhadap-Nya."

Begitulah sunnatullah dalam da'wah. Keyakinan terhadap kekuatan dari Allah merupakan keniscayaan bagi diri manusia yang lemah ini. Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya".(QS Ath-Thalaq: 3)

Sudah saatnya kita perkuat lagi hubungan dengan Allah sehingga kemelut umat islam dapat teratasi dan islam kembali berjaya di muka bumi ini. Hanya kepada Allahlah kita meminta kekuatan dan kesabaran dalam meniti perjalanan da’wah ini. Karena, sekuat dan sematang apapun sebuah pergerakan jika tidak bersama dengan Dzat Yang Maha Kuasa, Yang Maha Menggenggam, dan Yang Maha Memiliki segalanya, kita tak akan mampu melangkah dan menggapai cita-cita agung ini.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008