Rabu, 17 Maret 2010

Teknologi Untuk Menutup Aurat

Kalau kita bicara tentang fesyen, maka kita akan bicara dua hal; yaitu tekstil dan kedua tentang tujuan fesyen yaitu berpakaian, yang menurut pandangan Islam adalah menutup aurat. Karena itu, teknologi fesyen yang Islami adalah teknologi untuk menutup aurat.

Industri tekstil termasuk industri pelopor pada masa Islam. Ini wajar karena menutup aurat adalah kewajiban sekaligus kebutuhan dasar masyarakat. Pengaruh industri tekstil dimasa Islam tampak dari kata-kata arab untuk tekstil yang ada pada bahasa-bahasa Eropa, misalnya kata damask, muslin, dan mohair dalam bahasa inggris.

Serat tertua yang digunakan dalam tekstil muslim adalah wol. Lapisan bulu bagian domba Angora yang disebut mohair (dari bahasa arab mukhayyar) digunakan untuk syal yang halus dan bagian yang lembut pada jas, sedang bulu onta digunakan untuk bahan-bahan lainnya. Domba dicukur dengan sebuah gunting besar dan sebelum dipintal, wol mentah ini terlebih dulu disortir berdasarkan kualitas, kemudian dibersihkan, dihilangkan lemaknya dan disisir.

Dari zaman Fir’aun, Mesir terkenal dengan linen-nya, tetapi di zaman Islam pembuatan linen menyebar ke Iran dan negeri Islam lain. Rami dari Mesir diekspor ke berbagai negara, termasuk Eropa, mendominasi pasar sampai tahun 1300 M. Rami diproses untuk diambil seratnya.

Kapas dikenal di India dan Mesir kuno, tetapi baru setelah kedatangan Islam kapas menjadi bahan baku tekstil yang penting. Salah satu hasil revolusi pertanian muslim adalah penyebaran tanaman kapas ke seluruh wilayah Islam, ke Timur maupun ke Barat. Umat Islam jugalah yang memperkenalkan industri tekstil kapas ke Spanyol di abad ke-2 M (abad ke-8 H). Disini tanaman kapas tumbuh subur sebelum menyebar ke Perancis abad ke-12 M, ke Belgia abad ke-13 M, ke Jerman abad ke-14 M dan ke Inggris satu abad kemudian. Kapas juga menjadi faktor utama revolusi industri tiga abad belakangan.

Selain wol dan kapas, sutra juga menjadi bahan baku tekstil. Bahan baku sutra diperoleh dari dari kokon ulat sutra yang dijemur di terik matahari atau direndam air mendidih hingga larva di dalamnya mati. Kemudian filament dari kokon itu digulung atau dipintal seperti wol atau kapas.

Industri sutra dibawa dari Cina sebelum zaman Islam. Namun dimasa Islam-lah pabrikasi sutra menjadi hal penting sehingga akhirnya “sutra islam” menggantikan “sutra byzantium” di pasaran Eropa dan mendominasi hingga abad ke-13 M. Sutra tetap menjadi komoditas ekspor terpenting masyarakat Islam ke Barat hingga abad ke-19 M. sutra-sutra ini bertuliskan arab setidaknya untuk menunjukkan tempat dan tahun pembuatan. Tak heran, hingga kini, masih ada kain penutup dari sutra di berbagai gereja di Barat yang bertemakan penggalan kalimat syahadat Islam.

Mesin pintal untuk membuat benang dari berbagai bahan tadi mengalami evolusi sejak zaman Cina kuno hingga bentuknya yang sempurna di zaman revolusi industri. Ibnu Misykawaih (wafat 1030 M) dalam Kitab Tajari Al-Umam (Pengalaman Bangsa-Bangsa) memberikan deskripsi tentang mesin pemintal sutra di masanya yang sudah terdiri dari banyak gelondong. Dalam Kitab Maqamat karya Al-Hariri (1237 M) kita mendapatkan ilustrasi tentang seorang gadis yang bekerja pada roda pemintal.

Ibnu Al-Mubarrid (abad ke-16 M) menulis dalam Kitab Al-Hisba tentang 100 tipe penenun. Dia memberikan daftar tentang sepuluh jenis penenun katun, lebih dari 20 penenun linen, lebih dari 40 penenun sutra, lebih dari 10 untuk penenun permadani dan karpet, dan lebih dari 5 untuk kanvas dan karung goni.

Banyak profesi terkait dengan industri tekstil. Mulai dari saudagar penjual pakaian baru, pedagang pakaian bekas dan kain lap, pedagang sutra dan benang, pengelantang, pengempa, pencelup, pemintal dan berbagai pengrajin lain. Seorang Muhtasib bertugas mengawasi mutu dan pelaksanaan peraturan-peraturan pemerintah, sehingga seluruh profesi ini berhasil menyediakan penutup aurat yang bermutu tinggi dan sesuai dengan selera konsumen.

Pada zaman sekarang, ketika tekstil yang tahan lama telah telah dapat diproduksi dengan murah, dunia fesyen lalu didorong agar produk industri tekstil tetap dapat diserap pasar. Fesyen menjadi industri kreatif nomor satu. Pertanyaannya, apakah tujuan semula untuk menutup aurat telah tercapai? Mungkin, diperlukan kembali Institusi Hisba untuk mengawasi pakain-pakain yang tidak menutup aurat!

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008