Selasa, 08 Desember 2009

Indahnya Hidup Bersih

Meraih cinta Allah dengan hidup bersih, ternyata sangat indah. Dulu, sebelum saya nikah, setelah saya menunai kewajiban bangun tidur, shalat shubuh di masjid, baca Al-Qur'an di meja belajar, dan menulis catatan harian di komputer, saya melakukan amal saleh lewat aktifitas bebersih. Pertama, saya bersihkan kamar. Lalu saya keluar kamar menuju pelataran masjid tuk menyapu halaman masjid, kemudian dilanjutkan menyapu dalam masjid. Pekerjaan ‘bebersih” ini saya lakukan setiap pagi hari ketika saya waktu menjadi Takmir Masjid At-Tarbiyah UIN Malang.

Saya masih ingat, menjelang pernikahan, ada yang mengirim e-mail kepada calon isteri saya dan mempertanyakan relasi suami-isteri yang akan kami bangun. Saya tangkap, sang penanya cukup konsen terhadap isu 'hak-hak perempuan' atau 'kesetaraan jender", yang mengatasnamakan Emansipasi Wanita, Tahrir al-mar'ah, Feminisme, Womens Liberation, dan apapun namanya.

Calon isteri saya mendiskusikan e-mail itu kepada saya, sambil tersenyum saya mengomentari, "Saya tidak pintar berteori, lihat saja nanti, apakah kekhawatiran itu akan terbukti atau tidak. Yang jelas, saya sangat yakin, siapapun yang komitmen dengan ajaran Allah dan rasul-Nya, pasti ia akan menemukan keindahan syariat Islam!"

Setelah saya menikah, saya jawab semua kekhawatiran itu dengan tindakan nyata; berusaha sekuat mungkin untuk membantu menyelesaikan tugas isteri saya sesuai dengan kemampuan saya, di antara berbersih. Ketika isteri saya sibuk masak di dapur, saya menyapu lantai. Minimal, melipat selimut di atas ranjang. Bahkan -selain belajar, qiyamullail, tilawah Alquran, dan ta'lim- tugas rumah tangga itu sering kami lakukan secara berjamaah.

Semua itu saya lakukan, bukan sekedar buah dari pendidikan selama mondok dulu, melainkan berangkat dari pemahaman saya terhadap surat An-Nisa ayat 34 tentang Ar-Rijalu qawwamuna 'ala an-Nisaa' (Laki-laki pemimpin bagi perempuan).

Dan bagi saya, salah satu tugas al-Qowwam adalah ber-khidmah kepada orang yang dipimpinnya; isteri dan anak-anaknya. Memberikan uswah hasanah (contoh yang baik) dan ta'awun 'anil birri wat taqwa (saling membantu dalam kebaikan dan taqwa) merupakan bentuk konkret dari khidmah (pelayanan) tersebut.

Subhanallah, betapa indahnya hidup ini jika semuanya dibangun atas cinta Allah dan rasul-Nya. Apakah relasi suami-isteri yang saling memberikan tauladan, saling membantu, saling memberikan yang terbaik bagi pasangan, yang dilakukan oleh orang-orang yang komitmen dengan Islam, juga dirasakan oleh pengusung Feminisme? Atau justru mereka sibuk mendiskusikan dan memperdebatkan hak daripada kewajiban mereka; mereka lebih banyak menuntut daripada memberi, akhirnya apa yang mereka takuti, baik itu penindasan, kezaliman, maupun eksploitasi, justru terjadi. Na'udzubillah min dzalik!!

Yah, merealisasikan cinta kepada Allah dan rasul-Nya dalam kehidupan rumah tangga, sangatlah indah. Dan salah satu cara mencintai Allah dan rasul-Nya adalah hidup bersih. Bukankah Allah telah memberitahukan kepada kita lewat firman-Nya: "Sesunguhnya Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri" (Qs. Al-Baqarah: 222)?

Saya sangat yakin, bila semua umat Islam mengamalkan ajaran kebersihan ini, maka bukan hanya rumah tangganya saja yang akan indah, tapi juga bangsa dan negaranya.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008